Senin, 19 Januari 2015

Laporan Praktikum Mikrobiologi I 2012

LAPORAN  PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI I
“MENGENAL DAN MENGGUNAKAN MIKROSKOP”



OLEH :

NAMA            : RISMA VIVI AMALIA
NIM                : 08111004037
KELOMPOK :  7 (TUJUH)
ASISTEN       : NOVITA APRIYANTI




LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
LEMBAR HASIL KERJA
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
Judul Praktikum : Mengenal dan Menggunakan Mikroskop
Nama/NIM           :  Risma Vivi Amalia/08111004037       Kelompok      :  VII
Asisten                   :  Novita Apriyanti                                 Tanggal          :  10 Okt 2012
I.     TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan praktikum ini adalah  untuk mengetahui prinsip kerja dan cara penggunaan mikroskop.

II.  LANDASAN TEORI
Mikroskop merupakan alat yang paling banyak digunakan dan paling bermanfaat dalam mikrobiologi. Mikroorganisme hanya dapat diamati dengam menggunakan mikroskop. Mikroskop memungkinkan suatu objek kecil dapat dilihat melalui peningkatan resolusi atau daya pisah dan kontras. Dengan alat tersebut akan diperoleh pembesaran sehingga memungkinkan untuk melihat mikroorganisme dan struktur yang tidak nampak oleh mata telanjang. Mikroskop memungkinkan pembesaran dalam kisaran seratus kali sampai ratusan ribu kali (Waluyo 2005: 43).
Resolusi atau daya pisah adalah kemampuan system lensa mikroskop untuk memisahkan dua titik yang berdekatan pada specimen atau objek. Makin besar resolusi, makin tajam gambar yang di dapat. Resolusi dipengaruhi oleh panjang gelombang cahaya yang digunakan dan aperturenumerik (numerical aperature, NA) lensa. Karena panjang gelombang sinar umumnya tidak berubah, maka resolusi objek merupakan fungsi NA. Semakin besar NA, semakin kecil resolusi objek, atau semakin kecil resolusi objek, yang dapat dilihat jelas secara terpisah (Pertiwi 2008: 16).
 Kategori mikroskop adalah mikroskop cahaya (optis) dan mikroskop elektron. Mikroskop cahaya semuanya menggunakan sistem lensa optis yang mencakup mikroskop medan  terang, mikroskop medan gelap, mikroskop fluoresensi, dan mikroskop perbedaan fase atau fase kontras. Mikroskop cahaya kemampuan pengamatan (resulving power) mikroskop cahaya pada kondisi ideal adalah sekitar setengah panjang gelombang cahaya yang digunakan (Waluyo 2005: 43).
Kemampuan pengamatan adalah jarak yang memisahkan dua titik sumber cahaya jika kedua titik ini akan dilihat sebagai dua bayangan yang berbeda. Dengan cahaya kuning yang memiliki panjang gelombang 0,4 µm, jarak dua titik untuk dapat dilihat dengan jelas adalah sekitar 0,2 µm. Pembesaran yang bermanfaat pada sebuah mikroskop adalah pembesaran yang dapat memuat suatu partikel terkecil menjadi terlihat oleh mata. Mikroskop optik merupakan mikroskop dengan penyimpanan cahaya yang dilewatkan melalui objek, diteruskan melalui sistem lensaobjektif dan okuler. Sehingga diperoleh pembesaran sekian kali (Pratiwi 2008: 18).
Semua mikroskop optik juga merupakan mikroskop majemuk sebab mempunyai     dua sistem lensa yang terpisah. Pembesaran yang dicapai merupakan hasil kerja dua    sistem lensa tersebut. Sistem optikal mikroskop cahaya pada prinsipnya terdiri dari         dua bagian utama yaitu sistem pembentukkan bayangan dan sistem iluminasi.           Bagian-bagian mikroskop cahaya adalah lensa okuler berfungsi memperbesar         bayangan dari lensa objektif, dan memproyeksikannya ke retina mata                     (Campbell 2002: 115).
Tabung lensa okuler, lengan mikroskop, tombol pengatur fokus kasar            berfungsi mengatur jarak lensa objektif terhadap preparat, tombol pengatur fokus          halus berfungsi mengatur jarak lensa terhadap preparat secara amat teliti,                  revolver mengubah posisi lensa objektif sesuai dengan keperluan, dasar mikroskop sebagai tempat bertumpunya mikroskop, lensa objektif berfungsi untuk memeprbesar bayangan objek, meja mikroskop berfungsi untuk meletakkan preparat yang akan diamati         (Pratiwi 2008: 16).
Kondensor sebagai pengumpul cahaya, serta cermin untuk mengarahkan cahaya ke diafragma . Mikroskopi medan gelap dan mikroskop kontras fase memberikan keuntungan khusus untuk pemeriksaan sel-sel mikroba yang tidak diwarnai dan tersuspensi dalam cairan. Kedua macam mikroskop menghasilkan kontras yang lebih baik antara mikroorganisme atau sebagian daripadanya dan bahan latar belakangnya                   (Dwidjoseputro 1994: 12).
Manusia memiliki penglihatan yang terbatas. Tanpa alat bantu kita dapat melihat benda-benda yang berukuran kecil seperti sel, jaringan, dan berbagai organisme kecil lainnya. Untuk dapat melihat benda-benda yang berukuran kecil tersebut, kita memerlukan suatu alat yang biasa disebut dengan kaca pembesar atau mikroskop. Penemuan lensa yang dapat memperbesar bayangan suatu objek sampai beberapa kali lipat telah membuka kesempatan bagi para peneliti untuk melihat benda yang berukuran sangat kecil         (Irianto 2006: 74).                                                                                                   Mikroskop berasal dari bahasa Yunani (micron =  kecil) dan (scopos =           tujuan) adalah sebuah alat untuk digunakan dalam melihat objek yang terlalu kecil          jika dilihat dengan mata telanjang. Mikroskop yang digunakan sekarang adalah mikroskop majemuk (compound microscope), dimana perbesaran totalnya diperoleh dari gabungan beberapa lensa. Berdasarkan atas sumber sinar dan jenis alat perbesarannya, maka ada dua jenis mikroskop yaitu mikroskop biasa atau mikroskop optik dan mikroskop elektron     (Dwidjoseputro 1994: 12).
Mikroskop optik menggunakan lensa dari gelas dab cahaya matahari melalui      lampu sebagai sumber penyinaran. Cahaya dari luar yang dikumpulkan dan        dipantulkan oleh cermin sehingga akan mengenai spesimen dan menghasilkan       bayangan dari spesimen yang akan diperbesar oleh lensa dan kemudian diterima oleh    mata. Mikroskop yang banyak digunakan sekarang tersusun atas dua lensa, yaitu           lensa objektif dan lensa okuler. Lensa okuler yang dekat dengan mata dan lensa        objektif yang dekat dengan objek. Beberapa mikroskop optik mempunyai satu lensa    okuler dan ada pula yang memiliki dua lensa okuler (Irianto 2006: 74).
Mikrobiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari kehidupan makhluk yang      bersifat mikroskopik yang disebut mikroorganisme atau jasad renik, yaitu makhluk       yang mempunyai ukuran sel sangat kecil, dimana selnya hanya dapat dilihat               dengan pertolongan dari mikroskop. Dalam teknologi pangan, mikrobiologi          merupakan ilmu yang sangat penting, misalnya dalam hubungannya dengan kerusakan     atau kebusukan makanan, sehingga dapat diketahui tindakan pencegahan atau     pengawetan yang paling tepat untuk menghindari terjadinya kerusakan atau kebusukan tersebut (Dwidjoseputro 1994: 12).
IV.  HASIL PENGAMATAN
1.      Mikroskop

Keterangan:
1.      Lensa okuler  
2.      Lensa objektif
3.      Tabung
4.      Meja Objektif
5.      Kondensor
6.      Pegangan
7.      Pegangan sedia
8.      Sekrup pengarah kasar
9.      Fine focus
10.  Revolver
11.  Diafragma
12.  Pengatur kondensor













DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Mikroskop. Mikroskop.tripod.com. Diakses pada tanggal 6 Oktober 2012.
Campbell, N.A,dkk. 2002. Biologi Umum I. Jakarta. Erlangga:  VII+438 hlm.
Pelczar. 1996. Dasar-dasar mikrobiologi. Jakarta. UI Press: iii + 300 hlm.
Tarigan, J. 1998. Pengantar mikrobiologi. Jakarta. Depdikbud: iii + 296 hlm.
Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi umum. Malang. UMM Malang Press: vii + 433 hlm.

















V.      PEMBAHASAN
       Mikroskop tersusun atas dua bagian, yaitu bagian mekanis dan bagian optik. Menurut Pratiwi (2008: 16), bahwa bagian mekanis merupakan bagian yang bersifat sekunder, namun sangat penting agar mikroskop dapat digunakan dengan baik Bagian – bagian mekanis mikroskop terdiri atas kaki dasar, lengan mikroskop, meja benda, sekrup penggerak sediaan, sekrup pengatur jarak antara sediaan dengan teropong. Mikroskop adalah alat pembesar yang digunakan untuk melihat bakteri, melihat isi sel pada mahluk hidup, bentuk organnisme. - organisme kecil untuk melihat jaringan yang ada di dalam tubuh organisme.
       Lengan mikroskop berfungsi sebagai pegangan bagian optic. Menurut                   Irianto (2004: 14) bahwa,  lengan mikroskop berfungsi sebagai pegangan mikroskop, pada saat mikroskop dibawa. Kaki dasar atau basis dapat berbentuk seperti tapal kuda, persegi atau berbentuk lainnya yang berfungsi sebagai penyangga bagian optic. Meja benda berfungsi untuk meletakkan objek yang akan diamati. Sekrup penggerak sediaan berjumlah dua buah tersusun pada satu sumbu yang berfungsi untuk menggerakkan sediaan kesebelah kiri ataupun kanan. Sekrup pengatur jarak antara teropong dengan sediaan jumlahnya dua buah atau menjadi satu.
       Mikroskop pada prinsipnya adalah alat pembesar yang terdiri dari dua lensa objektif dan lensa okuler (dekat dengan benda). Baik lensa objektif ataupun lensa okuler dirancang untuk perbesaran yang berbeda. Lensa objektif dan lensa okuler dirancang pada roda berputar yang disebut ganggang putar. Menurut Campbell (2000: 113), bahwa bila kita ingin perbesaran sudut yang lebih besar daripada perbesaran kaca perbesar, oleh karena itu keberadaan mikroskop sangan diperlukan pada titik focus pertama dari lensa objektif, yang membentuk bayangan nyata dan diperbesar.
       Bagian optic pada mikroskop terdiri dari cermin, lensa komdemsor, diafragma, lensa objektif dan lensa okuler. Alat – alat tersebut merupakan bagian yang utama atau primer dari sebuah mikroskop. Cermin berfungsi untuk memantulkan cahaya dari sumber cahaya ke onjek yang akan kita amati. Menurut Campbell (2000: 113), bahwa pada setiap mikroskop selalu dilengkapi dengan cermin permukaan benda, yaitu datar dan permukaan cekung. Permukaan datar digunakan apabila sumber cahaya cukup tajam, sedangkan permukaan cekung digunakan apabila intensitas kurang atau tidak kurang terang.
        Mikroskop pada prinsipnya terdiri dari dua lensa cermin cembung yaitu sebagai lensa objektif (dekat dengan mata). Menurut Geneser (2004: 14), bahwa  baik lensa objektif ataupun lensa okuler dirancang untuk perbesaran yang berbeda. Lensa objektif dan lensa okuler dirancang pada roda berputar yang disebut ganggang putar. Setiap lensa objektif dapat diputar sesuai dengan perbesaran yang diinginkan. Sistem lensa objektif memberikan perbesaran mula – mula dan menghasilkan bayangan nyata yang kemudian diproyeksikan ke atas lensa okuler. Bayangan nyata tadi diperbesar oleh okuler untuk menghasilkan bayangan nyata yang kita lihat.
       Berdasarkan sumber cahayanya, Mikroskop dapat dibagi dua, yaitu mikroskop cahaya dan mikroskop electron. Menurut Campbell (2000: 113), bahwa mikroskop cahaya dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu berdasarkan pengamatannya dan kerumitan kegiatan pengamatan yang dilakukan. Berdasarkan pengamatannya, mikroskop cahaya dibedakan menjadi mikroskop diseksi untuk mengamati bagian dalam sel. Mikroskop monokuler merupakan mikroskop yang hanya memiliki satu lensa okuler. Berdasarkan kerumitan, mikroskop sederhana dan mikroskop riset.
Kemampuan pengamatan adalah jarak yang memisahkan dua titik sumber cahaya jika kedua titik ini akan dilihat sebagai dua bayangan yang berbeda. Dengan cahaya kuning yang memiliki panjang gelombang 0,4 µm, jarak dua titik untuk dapat dilihat dengan jelas adalah sekitar 0,2 µm. Menurut Pratiwi (2008: 18), bahwa pembesaran yang bermanfaat pada sebuah mikroskop adalah pembesaran yang dapat memuat suatu partikel terkecil menjadi terlihat oleh mata.
Mikroskop optik merupakan mikroskop dengan penyimpanan cahaya yang dilewatkan melalui objek, diteruskan melalui sistem lensaobjektif dan okuler. Sehingga diperoleh pembesaran sekian kali. Menurut Campbell (2000: 113), bahwa Semua mikroskop optik juga merupakan mikroskop majemuk sebab mempunyai dua sistem lensa yang terpisah. Pembesaran yang dicapai merupakan hasil kerja dua sistem lensa tersebut.

VI.             KESIMPULAN
            Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1.      Mikroskop memiliki 3 lensa yaitu lensa okuler, lensa objektif dan lensa kondensor.
2.      Cermin permukaan benda cekung pada mikroskop berguna apabila intensitas cahaya kurang.
3.      Sistem lensa objektif menghasilkan bayangan nyata yang kemudian diproyeksikan ke atas lensa okuler.
4.      Mikroskop diseksi biasanya untuk mengamati bagian dalam sel.

 LAPORAN  PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI I
“PREPARAT TETESAN BERGANTUNG”



OLEH :

NAMA            : RISMA VIVI AMALIA
NIM                : 08111004037
KELOMPOK :  7 (TUJUH)
ASISTEN       : NOVITA APRIYANTI




LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
LEMBAR HASIL KERJA
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
Judul Praktikum : Preparat Tetesan Bergantung
Nama/NIM           :  Risma Vivi Amalia/08111004037       Kelompok      :  VII
Asisten                   :  Novita Apriyanti                                 Tanggal          :  10 Okt 2012
I.     TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan praktikum ini adalah untuk melihat pergerakkan mikroorganisme.

II.  LANDASAN TEORI
Untuk mengetahui tingkah laku atau arah pergerakkan bakteri lazimnya diadakan penyelidikan bakteri di dalam tetes bergantung alat yang diperlukan dalam penyelidikan ini. Alat yang dibutuhkan dalam preparat tetes bergantung adalah kaca penutup yang bersih, sehelai kaca benda yang mempunyai cekungan di bawahnya, kawat inokulasi, vaselin, sebuah mikroskop biasa dan nyala api. Preparat basah atau preparat tetes bergantung memungkinkan pemeriksaan mikroorganisme hidup yang tersuspensi dalam zat air preparat basah diperoleh dengan menaruh setetes zat alir yang mengandung organisme pada kaca objek dan menutupnya dengan kaca tipis yang dinamakan kaca penutup        (Dwidjoseputro 2008: 12).
Untuk mengurangi laju penguapan dan meniadakan aliran udara, tetesan itu biasanya dilingkari dengan jeli petroleum atau bahan serupa seperti vaselin sehingga antara kaca objek dan kaca preparat tertutup rapat. Cara membiakkan bakteri dalam cairan adalah ujung kawat inokulasi setelah dipijarkan dan dingin kembali, kemudian dicelupkan sedikit di dalam pemiaraan tersebut (Pelczar 1996: 80).
Sentuhkanlah ujung kawat yang mengandung piaraan itu kepada tengah-tengah kca penutup, kemudian baliklah kaca penutup tersebut dan letakkan di atas kaca benda sedemikian rupa, sehingga tetesan yang berisi bakteri itu masuk tepat di dalam cekungan kaca benda. Setelah ujung kawat selesai dipanaskan tadi perlulah dipijarkan dalam                 nyala api. Kaca benda yang membawakan tetesan bergantung tersebut dapat dipindahkan             ke piringan mikroskop untuk diperiksa dan kaca penutup ditetesi gliserin. Preparat basah atau preparat tetes bergantung terutama berguna apabila morfologi mikroorganisme yang tengah diperiksa dapat rusak karena perlakuan dengan paans atau bahan kimia ataupun bila organisme itu sukar diwarnai (Dwidjoseputro 2008: 12).
Metode pilihan untuk mengamati proses-proses kehidupan tertentu, misalnya seperti motilitas dan reproduksi. Apabila preparat basah diperiksa dengan mikroskop medan terang, amatlah penting untuk menyesuaikan sumber cahayanya dengan benar. Intensitas cahaya dapat dikurangi dengan menggunakan filter. Keuntungan metode tetesan bergantung ialah bakteri ada terkurung di dalam bidang kaca benda sehingga bahaya terhamburnya ke mana-mana itu hampir tidak ada. Bakteri dapat bergerak dengan leluasa, jika bakteri memang suka bergerak. Tidak semua spesies dapat bergerak (Pelczar 1996: 80-81).
Cara lain untuk memeriksa bakteri hidup ialah dengan tetesan medium yang bebas bergantung. Prosedurnya lebih mudah, dan untuk itu tidak diperlukan kaca benda yang mempunyai cekungan di tengah, akan tetapi cukuplah menggunakan kaca benda yang datar biasa. Suatu cara mengamati gerak bakteri maka bisa menggunakan metode tetesan bergantung (Dwidjoseputro 2008: 14).
Dalam pengamatan, gerak bakteri ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu motalitas bakteri dengan gerak Brown. Bakteri yang bersifat mortil akan nampak jelas bergerak dan bergeraknya melaju ke arah tertentu. Sedangkan sel bakteri yang tampak sebagai gerak Brown adalah gerakkan yang bukan berasal dari itu sendiri melainkan dikarenakan adanya partikel-partikel air di dinding sel atau adanya energi kinetik. Pada gerak Brown organisme bergetar dengan laju yang sama dengan menjaga hubungan ruang yang sama satu dengan yang lain. Apabila preparat basah diperiksa dengan mikroskopi medium terang, amatlah penting untuk menyesuaikan sumber cahayanya dengan benar. Intensitas cahaya dapat dikurangi dengan menggunakan filter khusus (Pelczar 1996: 80-81).
Mengetahui sifat-sifat morfologi bakteri, maka bakteri dapat diperiksa didalam keadaaan hidup atau didalam keadaaan mati. Pemeriksaaan morfoloogi ini perlu untuk mengenal nama bakteri. Disamping itu, diperlukan juga pengenalan sifat-sifat fisiologinya, bakteri sifat-sifat fisiologinya itu kebanyakan merupakan factor penentu dalam mengenal nam spesies suatu bakteri. Pemeriksaan bakteri hidup harus dikerjakan dengan hatii-hati, lebih-lebih jika yang akan diamati itu bakteri gen. Disini akan dibicarakan cara-cara pemeriksaan bakteri secara garis besar saja, hal-hal yang lebih khusus dapat dipelajri dari kitab-kitab penentuan mikrobiologi (Dwijodseputro 2008: 11).
Langkah-langkah utama dalam mempersiapakn specimen microbe yang diwarnai untuk pemeriksaan  mikroskopik ialah penempatan olesan atau lapisan tipis specimen pada kaca objek, fiksasi olesan itu pada kaca objek, biasanya dengan pemanasan menyebabkan mikroorganisme itu melekat pada kaca objek. Aplikasi pewarnaan tunggal (pewarnaan) atau sering kali larutan warna atau reagen (pewarnaan diferensial). Prosedur pewarnaan yang menapilkan perbedaan diantara sel-sel microbe atau bagian-bagian sel microbe disebut teknik pewarnaan diferensial. Dengan teknik ini biasanya digunakan lebih dari satu larutan zat pewarna/reagen pewarna (Anonim 2012: 1).
Berdasarkan akan kebutuhan oksigen, jasad dapat digolongkan dalam jasad aerob dan anaeorob, mikroaerob, anaerob fakultatif dan kapnofil. Pertubuhan mikroba  di dalam sel media cair dapat menunjukkan sifat berdasarkan kebutuhan oksigen. Jasad aerob adalah jasad yang menggunakan oksigen bebas sebagi satu-satuna  aseptor hydrogen yang teratur dalam proses respirasinya. Jasad anaerob sering disebut anaerob obligat atau anaerob100% ialah jasadd yang tidak dapat menggunakan oksigen bebas sebagi aseptor hydrogen terakhir dalam proses respirasinya (Dwijodseputro 2008: 11).
Pemeriksaan bakteri hidup harus dikerjakan dengan hati-hati, lebih-lebih jika kan diperiksa itu bakteri pathogen. Disini akan dibocarakan cara-cara pemeriksaan bakteri  secara garis besar saja, hal-hal yang lebih khusus dapat dipelajari dari buku-buka yang lain. Untuk mengetahui langkah-langkahatau perilaku (gerak gerik) bakteri lazimnya serta penyelidiakn bakteri dalam tetesan bergantung . alat-alat yang digunakan untuk ini adalah sehelai kaca penutup yang bersih, kawat  inokulasi sebuah mikroskop biasa dan nyala api. Api diperlukan sekali untuk memijarkan memindahkan bakteri (Anonim 2012: 1).
Apabila  preparat basah diperiksa dengan  menggunakan mikroskop melalui terang amtlah penting untuk menyesuaikan sumber cahayanya dengan benar. Intensitas  cahaya dapat dikurangi dengan menggunakan filter khusus. Mikroskop medan gelap dan mikroskop kontras fase memberikan keuntungan khusus untuk pemeriksaan sel-sel mikroba yang tidak diwarnai yang tersuspensi dalam cairan (Dwijodseputro 2008: 11).
III.             HASIL PENGAMATAN


1.      Preparat tetes bergantung

                                                                                          Keterangan :
1.      Sel bakteri E.coli
2.      Air
3.      Kotoran




                     Pergerakkan bakteri


























IV.             CARA KERJA

Diambil satu buah kaca objek yang memiliki cekungan pada bagian tengahnya. Kemudian ambil vaselin secukupnya dan oleskan di sekeliling cekungan tersebut hingga merata.  Setelah itu ambil satu hingga dua tetes air sungai yang telah disiapkan dan teteskan ke daerah cekungan. Lalu preparat ditutup dengan kaca penutup, dan preparat dibalik hingga bagian yang cekung berada di bagian atas. Kemudian amati di bawah mikroskop, gambarkan bakteri yang didapat beserta arah pergerakkannya pada lembar kerja.






















V.      PEMBAHASAN
Pengamatan terhadap air sungai pada preparat tetes bergantung di bawah mikroskop, terlihat hasil pergerakan bakteri. Bakteri ini berbentuk elips/lonjong, berwarna hijau dan memiliki pergerakan yang maju. Hal ini sesuai dengan pendapat Dwidjoseputro (2008: 15) bahwa, euglena merupakan protozoa yang memiliki flagella dan memiliki klorofil dan kloroplas yang menyebabkan warna hijau pada tumbuhan tingkat tinggi. Para ahli tumbuhan memasukkannya dalam dunia tumbuhan. Sedangkan para ahli hewan memasukkannya ke dalam dunia hewan karena bergerak secara aktif dan memiliki bintik mata.
Bakteri yang terdapat dalam air sungai merupakan bakteri motil, karena dapat bergerak secara bebas dalam air. Gerak bakteri pada bakteri yang bersifat motil seperti bakteri pada air sungai, diakibatkan oleh adanya struktur atau organ sel bakteri yang disebut flagella. Menurut Tarigan (1998: 148) bahwa flagella berbentuk panjang dan ramping, pada umumnya berukuran 12-30 µm. Flagel tersusun atas tiga bagian, yaitu pangkal (basal), hook (sudut), dan terakhir filamen.
Sel bakteri yang dapat bergerak secara bebas dinamakan melakukan gerak Brown. Menurut Dwidjoseputro (2008: 27) bahwa, sel bakteri yang berbentuk coccus umumnya tidak motil dan baru akan bergerak dari satu tempat ke tempat lain jika terbawa arus air atau angin. Bakteri yang demikian bergerak dengan berlliku-liku. Bakteri baru akan bergerak umumnya apabila mempunyai satu hingga lima flagela.
Gerakkan Brown merupakan pergerakkan zigzag dan dapat berupa acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di tempat seperti pada zat padat. Menurut       Anonim (2012: 1) bahwa, Untuk sistem koloid dengan medium pendispensi zat cair atau gas, pergerakkan partikel-partikel, akan menghasilkan tumbukkan dengan partikel koloid itu sendiri.
Dengan menggunakan preparat tetes bergantung, pergerakan mikroba dalam objek air yang diamati di bawah mikroskop akan tampak jelas pergerakannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan (1998: 148) bahwa,  preparat bawah atau preparat tetes bergantung berguna terutama apabila dalam pengamatan morfologi mikroorganisme yang tengah diperiksa dapat rusak karena perlakuan dengan panas atau bahan kimia ataupun bila organisme itu sukar diwarnai. Pada praktikum ini diperoleh gerak Brown yang termasuk mikroba motil yaitu yang dapat bergerak. Berdasarkan geaknya, mikroba dibagi atas mikroba yang bersifat motil dan amotil.
Salah satu bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah vaselin. Vaselin digunakan saat meletakkan kaca penutup pada kaca objek. Vaselin berfungsi untuk mempertahankan air yang mengandung mikrobia yang akan diamati yang telah diletakkan pada kaca objek dan ditutup dengan kaca penutup serta merekatkan kaca penutup pada kaca objek agar air di dalam dapat dipertahankan dan tidak menyebar kemana-mana. Hal ini sesuai dengan pendapat Dwidjoseputro (2008: 14) bahwa, gerakan pada mikroba dibagi menjadi dua macam, yaitu gerak pasif dan gerak aktif.
 Gerak pasif disebabkan oleh adanya gerakan partikel-partikel disekitarnya, misalnya gerakan dari molekul-molekul air (gerakan Brown) yang menyebar ke semua arah. Sedangkan gerakan aktif disebabkan oleh gerakan mikroba itu sendiri. Berdasarkan  praktikum yang dilakukan digunakan air sungai tanjung putus sebagai sampel untuk mengamati dengan baik pergerakkan bakteri dengan menggunakan mikroskop. Pada praktikum digunakan air sungai karena pada air sungai memungkinkan bakteri lebih banyak dibanding air PAM. Dalam air sungai tersebut menurut Waluyo (2005: 310) bahwa, terdapat jasad renik patogen berbahaya bila ada di dalam air seperti Salmonella, Shigella, Vibrio, Entamoeba, dan lain sebagainya.
Preparat basah atau preparat tetes bergantung biasanya memungkinkan pemeriksaan mikroorganisme hidup yang tersuspensi dalam zat cair. Menurut Dwidjoseputro (2008: 14) bahwa, preparat basah diperoleh dengan menaruh setetes zat cair yang mengandung organisme pada kaca objek dan menutupnya dengan kca penutup. Untuk mengurangi laju penguapan dan meniadakan aliran udara, tetesan ini biasanya dilingkari dengan jeli petroleum atau bahan serupa sehingga antara kaca objek dan kaca penutup tertutup rapat. Tersedianya kaca objek khusus dengan cekungan ke dalam. Apabila organisme sukar larut diwarnai, cara itupun merupakan metode pilihan untuk mengamati proses-proses kehidupan tertentu.
VI.             KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1.        Pergerakan bakteri berliku – liku dan biasanya maju.
2.        Sel bakteri yang berbentuk kokus umumnya tidak mortal dan baru akan bergerak jika terbawa arus air atau angin.
3.        Vaselin digunakan agar tidak ada ruang udara antara kaca benda dan kaca penutup 
       sehingga bakteri hanya berada pada ruang dan untuk merekatkan.
4.      5 Macam flagella berdasarkan letak dan jumlah yaitu monotrik, amfitrika, lopotrika, peritika dan atrika.
5.      Gerak bakteri disebabkan adanya flagella.
















DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Sifat-sifat koloid. sistemkoloid.tripod.com. Diakses pada tanggal 6 Oktober
   2012.
Campbell, N.A,dkk. 2002. Biologi Umum I. Jakarta. Erlangga:  VII+438 hlm.
Dwidjoseputro. 2008. Dasar-dasar mikrobiologi. Bandung.  Djambatan: Vii + 300 hlm.
Tarigan, J. 1998. Pengantar mikrobiologi. Jakarta. Depdikbud: Vii+ 296 hlm.
Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi umum. Malang. UMM Malang Press: Iv + 360 hlm.

 LAPORAN  PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI I
“STERILISASI”



OLEH :

NAMA            : RISMA VIVI AMALIA
NIM                : 08111004037
KELOMPOK :  7 (TUJUH)
ASISTEN       : NOVITA APRIYANTI




LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
LEMBAR HASIL KERJA
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
Judul Praktikum :  Sterilisasi
Nama/NIM           :  Risma Vivi Amalia/08111004037       Kelompok      :  VII
Asisten                   :  Novita Apriyanti                                 Tanggal          :  10 Okt 2012

I.     TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan praktikum ini adalah untuk melakukan sterilisasi terhadap alat dan medium.

II.  LANDASAN TEORI
Salah satu bagian yang penting dalam mikrobiologi adalah cara pengetahuan tentang mematikan, menyingkirkan, dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Cara yang digunakan untuk menghancurkan, menghambat pertumbuhan dan menyingkirkan mikroorganisme berbeda-beda tergantung pada spesies yang dihadapi. Selain itu lingkungan dan tempat mikroba ini pun berbeda beda misalnya dalam darah, makanan, air, sampah, roil, dan tanah. Hal tersebut juga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan cara untuk menghancurkan mikroorganisme yang digunakan tergantung pada pengetahuan (Irianto 2006: 74).
Semua dasar makanan yang paling baik bagi pemiaraan bakteri ialah medium yang mengandung zat-zat organik seperti rebusan daging, sayur-sayuran, sisa-sisa makanan atau ramuan-ramuan yang dibuat oleh manusia. Medium yang banyak digunakan dalam pekerjaan rutin di laboratorium ialah kaldu cair dan kaldu agar. Medium ini tersusun                 dari kaldu bubuk, pepton, dan air suling. Jika diperlukan medium padat, maka kepadatannya ditambahkan 15gr agar-agar. Medium ini disebut medium beku. Untuk keperluan penelitian yang berhubungan dengan serologi perlu ditambahkan 5 gr NaCl (Dwidjoseputro 2008: 41-43).
Tujuan utama mematikan, menyingkirkan dan mikroorganisme adalah untuk mencegah infeksi pada manusia, hewan piaraan dan tumbuhan. Untuk mencegah makanan dan lain-lain komoditi menjadi rusak, untuk mencegah kontaminasi terhadap mikroorganisme yang digunakan dalam industry, hasilnya tergantung pada kemurnian biakan murn. Untuk mencegah kontaminasi bahan-bahan yang dipakai dalam pengerjaan biakan murni dilaboratorium (diagnosis) penelitian dan industry (Irianto 2006: 74).
Metode sterilisasi secara fisik dapat dipakai bila selama sterilisasi dengan bahan kimia tidak akan berubah akibat temperatur tinggi atau tekanan tinggi. Cara membunuh mikroba ini dengan memakai panas. Sterilisasi secara kimia digunakan antiseptik dan dibiarkan menguap seperti halnya alkohol (Waluyo 2005: 42-45).
Cara yang dipakai untuk mematikan, menghambat suatu pertumbuhan mikroorganisme adalah destruksi oleh panas, zat kimia, radiasi, dan cara mekanis. Penyingkiran oleh penyaring dan sentrifugasi kecepatan tinggi dan penghambatan oleh suhu rendah, pengeringan dan kombinasi (Irianto 2006: 74).
Dalam abad ke-18 orang mensterilkan medium cukup dengan mendidihkan medium tersebut selama beberapa jam. Dengan jalan ini maka matilah semua benih kehidupan. Cara yang demikian ini dilakukan oleh Spallanzani (1729-1799) membuktikan tidak mungkinnya abiogenesis. Metode tyndalisasi ini berupa mendidihkan medium dengan uap untuk beberapa menit saja (Dwidjoseputro 2008: 41-43).
Dengan autoklaf yaitu alat serupa tangki minyak yang dapat diisi dengan uap. Medium yang akan disterilkan di tempatkan dalam autoklaf ini selama 15-20 menit. Dengan penyaringan atau filtrasi, medium disaring dengan saringan porselen atau dengan tanah diatom, agar zat-zat organik tidak akan mengalami penguraian sama sekali. Prosedur sterilisasi cukup beraneka ragam tergantung pada faktor semacam bahan yang dibuat dan  peristiwa pemakaiannya. Perkembangan baru seperti pemakaian tabung poletilen secaraintravena yang diletakkan dalam pembedahan jantung terbuka terus menciptakan masalah baru dalam sterilisasi. Bagi banyak barang ada beberapa prosedur yang mana sterilisasi mungkin berhasil, sedangkan untuk benda lain pilihannya mungkin sangat terbatas. Metode tersebut adalah metode fisika dan metode kimia (Waluyo 2005: 42-45).
Sterilisasi dimaksudkan setiap proses (kimia atau fisik) yang membunuh semua bentuk hidup terutama mikroorganisme pengawasan terhadp mikroorganisme penyebab penyakit telah terjadi pemikiran para ahli semenjak penyakit-penyakit mulai dikenal. Berbagai macm substansi telah dicoba untuk memilihyang paling tepat guna untuk menghilangkan pencemaran oleh jasad renik terhadapa benda-benda baik hidup maupun mati. Bahan anti mikrobia yang ditemukan memiliki keefektifan yang bermacam-macam, dan pengunaanyapun ditujukan terhadap hal-hal yang berbeda pula. Antiseptika dan desinfektan misalnya, berbeda dalam cara digunakanya antiseptika dipakai terhadap jaringan hidup, sedangkan desinfektan untuk bahan-bahan tak bersenyawa seperti dahak dan sebagainya (Dwidjoseputro 2008: 41-43).
Beberapa hal yang perlu dilakukan pada waktu sterilisasi adalah macam dan sifat bahan, jenis-jenis alat yang disterilisaikan serta factor hidrasi selama sterilisasi. Cara sterilisasi yang digunakan tergantung pada macam dan sifat bahan yang diterilisasikan (misalnya padat, cair, atau gas) sterilisasi dengan pemijaran digunakan untuk mensterilisasikan jarum plata, ose, dan sebagaianya yang kering panas untuk mensterilisasikan bahan –bahan seperti kapas, kertas, dan lain-lain. Sterilisasi dengan uap air panas digunakan untuk mensterisasikan media yang tidak tahan terhadap suhu tinggi dengan alat yang namanya Arrold (Waluyo 2005: 42-45).
Beberapa tehnik sterilisasi yang umum digunakan anatara lain sterilisasi dengan menggunakan metode fisik yang terdiri atas sterilisasi dengan panas, filtrasi, dan penyinaran. Sterilisasi dengan panas dapat digunakan panas kering maupun basah. Sterilisasi pana kering biasanya dilakukan untuk sterilisasi alat atau bahan yang tahan panas. Pada filtrasi digunakan untuk bahan –bahan tertentu yang tidak tahan panas seperti vitamin sedangkan untuk penyinaran sejumlah sinar dengan gelombang pendek maupun merusak struktur jaringan mikroorganisme dikenai sinar ini akan mati. Seperti sinar UV, gamma, dan katoda. Kemudian dapat juga menggunakan sterilisasi dengan metode kimia . sterilisasi ini dilakukan dengan menggunakn bahan-bahan kimia yang bersifat toksik terhadap mikroorganisme (Dwidjoseputro 2008: 41-43).
Sterilisasi adalah suatu usaha untuk membebaskan bahan-bahan, alat-alat dari semua bentuk kehidupan mikroba (jamur, bakteri, virus). Oleh karena itu alat-alat dan bahan-bahan harus disterilkan terlebih dahulu dengan maksud agar tidak terjadi pertumbuhan mikroba lain, kecepatan kematian mikroba tergantung pada jenis mikroba dan faktor-faktor lingkungan (Waluyo 2005: 42-45).
III.  HASIL PENGAMATAN
1.    Alat Laboratorium
No.
Gambar Alat
Fungsi
1.



2.



3.



4.



5.


6.





7.



8.


9.


10.


11.
Pipet tetes



Tabung reaksi



Erlenmeyer



Kaca penutup



Kaca objek cekung


Gelas beker





Gelas ukur



Corong


Petri disc


Rak tabung reaksi


Hot Plate
Untuk mengambil cairan dalam skala tetesan kecil.


Untuk mereaksikan zat-zat kimia di dalam laboratorium.


Menyimpan dan memanaskan larutan, menampung filtrat hasil penyaringan, menampung titran pada proses titrasi.

Untuk menutup objek pada kaca objek agar dapat diamati di mikroskop.


Untuk meletakkan biakan bakteri dalam media cair.

Untuk mengukur dan mencampur bahan yang akan dianalisa di labpratorium.




Untuk mengukur volume suatu larutan.



Untuk menyaring campuran kimia dengan gravitasi.

Media tempat pembiakan mikroorganisme


Tempat untuk meletakkan tabung reaksi


Alat untuk memanaskan campuran media dengan system pemanasan













2.    Alat sterilisasi
No.
Gambar Alat
Fungsi
1.








2.








3.








Penangas air








Autoklaf








Bunsen






Untuk memanaskan media dan mempercepat penghomogenan antara zat pelarut dan terlarut.






Untuk mensterilkan semua bahan dan media yang tahan terhadap panas dan uap, temperatur tinggi, dan mematikan  kontaminan.





Untuk memanaskan dengan api langsung guna mensterilkan dari mikroba.


DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A,dkk. 2002. Biologi Umum I. Jakarta. Erlangga:  VII+438 hlm.
Dwidjoseputro. 2008. Dasar-dasar mikrobiologi. Jakarta. Djambatan: 206 hlm.
Pelczar. 1996. Dasar-dasar mikrobiologi. Jakarta. UI Press: 443 hlm.
Tarigan, J. 1998. Pengantar mikrobiologi. Jakarta. Depdikbud: 296 hlm.
Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi umum. Malang. UMM Malang Press: 360 hlm.
















IV.   CARA KERJA
Disiapkan alat dan bahan yang akan disterilkan. Untuk bahan medium ditutupi kapas, sedangkan alat dan gelas dibungkus pakai kertas. Dan dimasukkan ke autoklaf dengan suhu 121oC, 15 lbs, selama 15 menit.



















V.      PEMBAHASAN
       Teknik sterilisasi yang paling pasti adalah penggunaan uap disertai dengan tekanan, yang dilakukan dengan alat yang disebut autoklaf. Macam – macam sterilisasi adalah sterilisasi dengan pemanasan yaitu udara panas kering atau basah, Tyndalisasi, Pasteurisasi Api langsung atau nyala Bunsen, uap air dan tekanan. Menurut Irianto (2006: 74), bahwa cara yang dipakai untuk mematikan dan menghambat mikroorganisme adalah distruksi oleh panas, zat kimia, radiasi dan cara mekanis.
       Sterilisasi dengan autoklaf pada umumnya adalah mematikan kontaminan dengan uap panas bertekanan, dengan menggunakan uap panas bertebaran, dengan menggunakan uap panas bertekanan, alat tersebut digunakan untuk mensterilkan semua bahan dan media yang tahan terhadap temperature tinggi dengan jangka waktu tertentu, Menurut                    Luccas (2006: 85), bahwa misalnya bahan – bahan gelas, nutrient cair, tauge, tauge cair yang tahan terhadap temperature yang tinggi menggunakan autoklaf dengan berbagai tipe.
       Autoklaf tersebut dari logam yang tahan karat, yang terdiri dari ruangan bawah untuk tempat air sebagai pembatas ruang bawah dan ruang atas. Hal ini diperjelas oleh pendapat Pebrin (2009: 5), bahwa ruang atas untuk meletakkan dan tutup yang dilengkapi dengan thermometer. Mula – mula ruang bawah autoklaf diisi dengan air sampai batas angsang, kemudian panas dihidupkan sambil menunggu autoklaf tersebut panas. Alat – alat dan bahan yang disterilkan disiapkan terlebih dahulu ditempaatkan pada suatu wadah tertutup.
       Untuk jenis filter yaitu barkefeld filter dan chamberland filter. Menurut             Anonim (2012: 1), bahwa barkefeld filter merupakan alat saring dengan tanah sebagai elemen penyaring yang mempunyai perositas yang bervariasi sari kasar, halus sampai normal. Filter tersebut digunakan untuk menyaring air minum, serta filter tersebut dari logam baja anti karat yang dilengkapi dengan filter yang harus steril. Seitz filter digunakan untuk mensterilkan bahan – bahan dalam bentuk cairan yang tidak tahan panas sama sekali misalnya toxin, antibiotic dan serum.
       Autoklaf memiliki suatu ruangan yang mampu menahan tekanan diatas 1 atm. Alat – alat atau bahan – bahan yang disterilkan dimasukkan ke dalam ruangan ini. Menurut  Luccas (2006: 27), bahwa setelah udara didalam ruangan ini ditutup rapat sehingga tekanannya akan meningkat yang juga diikuti oleh kenaikan suhunya.
       Sterilisasi dengan seringan yaitu bahan yang tidak boleh dipanaskan seperti serum darah dan beberapa macam gula tertentu dapat disterilkan dengan cara penyaringan. Filter ada berbagai macam, Menurut Anonim (2012: 1), bahwa beberapa macam filter antara lain seitz filter dimana penyaringan berupa membrane terbuat dari kaca yang berlubang – lubang dengan diameter 0,4 um, dimana membrane tersebut dapat menahan bakteri.
Tujuan utama mematikan, menyingkirkan dan mikroorganisme adalah untuk mencegah infeksi pada manusia, hewan piaraan dan tumbuhan. Untuk mencegah makanan dan lain-lain komoditi menjadi rusak, untuk mencegah kontaminasi terhadap mikroorganisme yang digunakan dalam industry, hasilnya tergantung pada kemurnian biakan murn. Untuk mencegah kontaminasi bahan-bahan yang dipakai dalam pengerjaan biakan murni dilaboratorium (diagnosis) penelitian dan industry. Menurut Waluyo (2005: 42-45), bahwa metode sterilisasi secara fisik dapat dipakai bila selama sterilisasi dengan bahan kimia tidak akan berubah akibat temperatur tinggi atau tekanan tinggi. Cara membunuh mikroba ini dengan memakai panas. Sterilisasi secara kimia digunakan antiseptik dan dibiarkan menguap seperti halnya alcohol.
Cara yang dipakai untuk mematikan, menghambat suatu pertumbuhan mikroorganisme adalah destruksi oleh panas, zat kimia, radiasi, dan cara mekanis. Penyingkiran oleh penyaring dan sentrifugasi kecepatan tinggi dan penghambatan oleh suhu rendah, pengeringan dan kombinasi. Menurut Dwidjoseputro (2008: 41-43), bahwa metode tyndalisasi ini berupa mendidihkan medium dengan uap untuk beberapa menit saja. Dengan autoklaf yaitu alat serupa tangki minyak yang dapat diisi dengan uap.
Medium yang akan disterilkan di tempatkan dalam autoklaf ini selama 15-20 menit. Dengan penyaringan atau filtrasi, medium disaring dengan saringan porselen atau dengan tanah diatom, agar zat-zat organik tidak akan mengalami penguraian sama sekali. Prosedur sterilisasi cukup beraneka ragam tergantung pada faktor semacam bahan yang dibuat dan  peristiwa pemakaiannya. Menurut Waluyo (2005: 42-45), bahwa perkembangan baru seperti pemakaian tabung poletilen secaraintravena yang diletakkan dalam pembedahan jantung terbuka terus menciptakan masalah baru dalam sterilisasi.
VI.             KESIMPULAN
            Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1.      Alat yang digunakan terlebih dahulu dibungkus dengan kertas, sedangkan bahan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
2.      Sterilisasi dibagi empat yaitu pemanasan, radiasi bahan kimia dan saringan.
3.      Autoklaf mencapai 121 derajat C, tekanan 15 lbs dengan waktu 15 – 30 menit.
4.      Alat untuk mensterilkan alat dan bahan digunakan autoklaf.
 LAPORAN  PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI I
“MEDIUM”



OLEH :

NAMA            : RISMA VIVI AMALIA
NIM                : 08111004037
KELOMPOK :  7 (TUJUH)
ASISTEN       : NOVITA APRIYANTI




LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
LEMBAR HASIL KERJA
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
Judul Praktikum  : Medium
Nama/NIM           : Risma Vivi Amalia/08111004037        Kelompok      :  VII
Asisten                   : Novita Apriyanti                                  Tanggal          :  10 Okt 2012

I.     TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui berbagai cara pembuatan medium dan membandingkan medium yang disterilisasi dan tanpa sterilisasi.

II.  LANDASAN TEORI
Cara untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroba, diperlukan suatu substrat yang disebut dengan media. Dasar makanan yang paling baik bagi pemiaraan bakteri ialah medium yang mengandung zat-zat organik seperti rebusan daging, sayur-sayuran, sisa-sisa makanan, atau ramuan-ramuan yang dibuat oleh manusia. Medium yang banyak digunakan dalam pekerjaan rutin di laboratorium ialah kaldu cair dan kaldu agar (Dwidjoseputro 2008: 37).
Medium tersusun daripada kaldu bubuk 3 gram, pepton 3 gram, dan air suling 1000 gram. Tiba diperlukan medium padat, maka kepadatannya ditambah 15 gram agar-agar. Medium ini disebut medium baku. Untuk keperluan penelitian yang berhubungan dengan serologi petri ditambahkan 5 gram NaCl. Pembiakkan mikroba dalam laboratorium memerlukan medium yang berisi zat hara, serta lingkungan yang sesuai dengan mikroorganisme (Waluyo 2005: 61).
Zat hara digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energi dalam metabolisme, dan pergerakkan. Lazimnya, medium biakkan bakteri berisi air, sumber energi, zat hara sebagai sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen, serta unsur-unsur sekelumit (trace element). Dalam bahan dasar medium dapat pula ditambahkan faktor pertumbuhan berupa asam amino, vitamin, atau nukleotida. Medium baku perlu disterilkan dahulu sebelum digunakan untuk memelihara bakteri (Dwidjoseputro 2008: 38).
Keasaman medium perlu diatur, biasanya pH 7. Hal ini bertujuan agar tidak terdapat bakteri kontaminan yang ikut masuk. Untuk mengetahui jenis-jenis medium yang lain, medium biasanya manusia dapat berupa medium cair, medium kental (padat), medium yang kering dan medium yang sintetik. Apabila medium mengandung vitamin, gelatin, atau bangsa gula, maka setelah disterilisasi, secepatnya medium tersebut segera didinginkan setelah dikeluarkan dari autoklaf. Hal ini untuk menghindari terurainya zat-zat tersebut (Waluyo 2005: 44).
Medium yang steril dapat disimpan di dalam lemari es. Tyndalisasi merupakan suatu metode berupa mendidihkan medium dengan uap beberapa menit saja. Pasterurisasi adalah suatu cara disinfeksi dengan pemanasan yang pertama kalinya dilakukan oleh Pasteur dengan maksud untuk mengurangi jumlah mikroorganisme pembusuk atau perusak tanpa merusak anggur. Media berfungsi untuk menumbuhkan mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi, dan perhitungan jumlah mikroba dimana dalam proses pembuatannya harus disterilisasi dan menetapkan metode aseptis untuk menghindari kontaminasi pada media (Dwidjoseputro 2008: 38).
Lactose Broth digunakan sebagai media untuk mendeteksi kehadiran koliform dalam air, makanan dan produk susu sebagai kaldu pemerkaya untuk Salmonellae dan dalam mempelajari fermentasi laktosaoleh bakteri pada umumnya (Anonim 2012: 1).
Medium cair yang biasa dipakai ialah kaldu yang disiapkan berupa 1 liter air murni ditambahkan 3 gr kaldu daging lembu dan 5 gram pepton (protein dalam daging) air susu, kedelai, dan putih telur. Kaldu seperti di atas masih perlu disaring untuk kemudian dimasukkan ke dalam tabung-tabung reaksi atau botol-botol. Penyaringan dapat dilakukan dengan kertas saring setelah tabung atau botol berisi medium kaldu tersebut              disumbat dengan kapas, dapatlah mereka dimasukkan ke dalam alat pensteril      (Dwidjoseputro 2008: 38).                  
Keragaman yang luas dalam hal tipe nutrisi diantara mikroba diimbangi oleh tersedianya berbagai media yang banyak macamnya untuk kultivasi agar mikroba dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Di dalam media diperlukan persyaratan tertentu yaitu media mengandung semua unsur hara yang diperlukan untuk perkembangbiakan dan pertumbuhan mikroba, media harus dalam keadaan steril (Anonim 2012: 1).
Suatu penemuan yang baik seklai ialah medium dari kaldu yang dicampur dengan sedikit agar-agar. Setelah medium itu disterilisasikan dan kemudian dibiarkan mendingin, maka kita peroleh medium padat. Gelatin dapat juga dipakai sebagai bahan pengental dan memang dahulu orang bisa memakainya tetapi sejak lama orang lebih suka menggunakan agar-agar. Agar-agar baru mencair pada suhu 25ºC. Dengan demikian medium yang mengandung gelatin perlu disimpan dalam tempat yang lebih dingin daripada temperatur kamar, jika dikehendaki medium tersebut tetap dalam keadaan padat                      (Dwidjoseputro 2008: 39). 
Kebanyakan bakteri suka tumbuh pada dasar makanan seperti agar-agar. Tetapi bakteri patogen seperti Brucella abortus, Mycrobacterium tuberculosis, Diplococcus pneumoniae, dan Neiscerria gonorrhoae memerlukan zat makanan tambahan berupa serum atau darah yang tak mengandung fibrinogen lagi. Fibrinogen adalah zat yang menyebabkan darah menjadi kontak apabila keluar dari luka. Serum atau darah itu dicampurkan dalam medium yang sudah disterilkan. Medium ini sangat baik sekali untuk memelihara basil-basil dipteri (Waluyo 2005: 45).
Pekerjaan Laboratorium sekarang ini banyak dipermudah dengan telah adanya bermacam-macam medium yang tersedia dalam serbuk kering. Untuk menyiapkan medium tersebut cukuplah orang mengambil sekian gram serbuk kering tersebut untuk dilarutkan dalam sekian liter air dan kemudian larutan itu disterilkan. Penentuan pH tidak perlu lagi, karena hal itu sudah dilakukan lebih dulu pada pembuatan serbuk. Periksalah “Difco manual of dehydrated culture media and regent for microbiological and clinical laboratory procedures” (Dwidjoseputro 2008: 40).
Medium pembiakan dasar adalah medium pembiakan sederhana yang ada mengandung at-zat yang umum diperlukan oleh sebagian besar mikroorganisme dan dipakai juga sebagai komponen dasar untuk membuat medium pembiakan lain. Medium ini dibuat dari 3 gram ekstrak daging, 5 gram pepton dan 1000ml air, itu juga dinamakan bulyon nutrisi. Dengan penambahan 15 gram agar-agar diperoleh apa yang dinamakan agar nutrisi atau bulyon agar (Waluyo 2005: 45).
III.   HASIL PRAKTIKUM

No.
Jenis media
Cara pembuatan
Kegunaan
1.
Media agar dalam cawan petri

Untuk menumbuhkan bakteri, dan menghitung bakteri heterotrof.
2.
Media agar miring

Untuk isolasi murni dan melihat morfologi koloni tersebut dengan uji fisiologi.
3.
Media agar tegak

Untuk menumbuhkan dan melihat morfologi bakteri.
4.
Media cair

Tempat pengembangan biakan mikroba, bakteri dan ragi.





IV.             CARA KERJA
Ditimbang NA sebanyak 2,8 gr. Kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer dan ditambahkan 100 ml aquades. Lalu dimasak diatas hotplate sampai mendidih. Dan diangkat dan siap digunakan.















V.       PEMBAHASAN
Jenis – jenis medium adalah medium NA dan medium PDA. Pada medium NA berfungsi untuk mengembangbiakkan bakteri secara umum, sedangkan medium PDA berfungsi untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan jamur. Kedua medium tersebut sama-sama terbentuk dari medium agar. Menurut Pelczar (1996: 138) bahwa, sifat-sifat media yang digunakan untuk faktor pertumbuhan yaitu harus mudah tumbuh, media harus dibuat pertumbuhan bakteri harus bebas dan mempunyai sifat-sifat yang diinginkan. Jika sifat ini dipenuhi maka pertumbuhan bakteri akan bagus.
Pertumbuhan mikroorganisme tergantung dari nutrien media yang dibuat kebanyakan mikroorganisme membutuhkan air. Menurut Anonim (2012: 1) bahwa, bahan-bahan yang terlarut dalam air yang digunakan oleh mikroorganisme untuk membentuk badan sel dan memperoleh energi dari bahan makanan. Perbedaan dari medium NA, nutrien utama penyusunnya adalah kaldu sedangkan pada medium PDA penyusun utamanya adalah kentang.
Agar adalah suatu karbohidrat kompleks yang diperoleh dari alga marine tertentu, diolah untuk membuang substansi yang tidak dikehendaki. Menurut Dwidjoseputro (2008: 38) bahwa, Agar digunakan sebagai bahan pemadat media, agar yang lebur, dalam larutan cair akan membentuk gel bila suhu dikurangi sampai di bawah 45ºC dan agar tidak merupakan sumber nutrient bagi bakteri, melainkan kandungan lain seperti kaldu dan protein.
Medium yang telah disterilkan, tidak terdapat mikroba dan tidak terjadi perubahan fisik seperti perubahan warna, tidak berbau, tidak terlihat permukaan medium yang tidak ditumbuhi oleh mikroba. Apabila media tidak disterilisasi menurut Waluyo (2005: 62) bahwa, mikroba pencemar akan tumbuh menyebabkan kekeruhan medium. Adanya mikroba pencemar menyebabkan kita tidak mengetahui apakah perubahan yang terjadi dalam medium disebabkan mikroba yang ditumbuhkan ataukah oleh mikroba pencemar, baik dari permukaan tubuh manusia atau dari udara.
Proses sterilisasi dan pembuatan media baik penggunaan nutrien agar (NA) atau bahkan pada medium Potato Dextrose Agar (PDA) menggunakan magnetic stirer. Menurut Pelczar (1996: 138) bahwa, magnetic stirer berfungsi sebagai alat untuk menghomogenkan atau memeprcepat pelarutan, dan pengadukan medium ketika sedang dipanaskan. Selain itu, digunakan juga hot plate untuk memanaskan medium hingga masak dan memepercepat reaksi yang terjadi antara partikel-partikel medium hingga mendidih.
Bakteri memiliki kadar pH tertentu untuk tumbuh. Namun ada spesies bakteri tertentu yang dapat hidup dalam pH yang asam maupun basa.  Menurut Waluyo (2005: 63) bahwa, pH optimum pertumbuhan bagi kebanyakan bakteri terletak antara 6,5 dan7,5. Namun, beberapa spesies dapat tumbuh dalam keadaan yang sangat masam atau sangat basa. Semua jenis mikroba dapat hidup pada media tumbuhnya dengan pH yang sesuai dengan fisiologinya. Sehingga ada mikroba yang dapat hidup di lingkungan asam dan ada juga mikroba yang dapat hidup di lingkungan basa.
Praktikum kali ini didapatkan hasil pengamatan medium Nutrien agar yang terbentuk berwarna kuning. komposisi medianya adalah Nutrien Agar 20 gr/L dan aquades 1000 ml. Media NA kandungan terbesarnya yaitu agar. Disebut agar karena strukturnya yang padat namun tidak kaku atau kejal seperti jeli, jadi mikroba dapat hidup di permukaannya. Mikroba dapat tumbuh dengan baik jika dalam suatu media tersebut harus memenuhi syarat-syarat. Menurut Dwidjoseputro (2008: 39) bahwa, media yang akan ditumbuhi mikroba yaitu harus mengandung semua zat hara yang mudah digunakan oleh  mikroba.
Pertumbuhan mikroorganisme tergantung dari nutrient media yang dibuat, kebanyakan mikroorganisme membutuhkan air. Bahan-bahan yang digunakan oleh mikroorganisme untuk membentuk bahan sel dengan memperoleh energi adalah bahan makanan. Tumbuhan berbagai mikroorganisme yang menyangkut susunan larutan makanan dan persyaratan lingkungan tertentu sangat berbeda-beda. Oleh sebab itu diperkenalkan banyak resep untuk membuat media biak untuk mikroorganisme. Menurut                Waluyo (2005: 63) bahwa, Pada dasarnya suatu larutan biak untuk mikroorganisme harus memenuhi beberapa persyaratan. Persyaratan tersebut antara lain harus tersedianya unsur yang ikut serta dalam pembentukan bahan sel dan bentuk berbagai senyawa yang dapat diolah.

VI.      KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1.        PH optimum pertumbuhan bakteri terletak antara 6,5 dan 7,5.
2.        Apabila media tidak steril, mikroba pencemar akan tumbuh menyebabkan kita tidak mengetahui perubahan yang terjadi dalam medium.
3.        Pertumbuhan mikroorganisme tergantung dari nutrient media yang dibuat.
4.        Media harus dibuat pertumbuhan bakteri harus bebas dan mempunyai sifat – sifat yang diinginkan.



















DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 20112. Pembuatan Media. http:pembuatan.html.wikipedia. Diakses pada tanggal
            6 Oktober 2012.
Campbell, N.A,dkk. 2002. Biologi Umum I. Jakarta. Erlangga:  VII+438 hlm.
Dwidjoseputro. 2008. Dasar-dasar mikrobiologi. Bandung. Djambatan: VII + 206 hlm.
Pelczar. 1996. Dasar-dasar mikrobiologi. Jakarta. UI Press: III + 443 hlm.
Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi umum. Malang. UMM Malang Press: IV + 360 hlm.

 LAPORAN  PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI I
“TEKNIK PEMINDAHAN BIAKAN MIKROBA SECARA ASEPTIK”



OLEH :

NAMA            : RISMA VIVI AMALIA
NIM                : 08111004037
KELOMPOK :  7 (TUJUH)
ASISTEN       : NOVITA APRIYANTI




LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
LEMBAR HASIL KERJA
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
Judul Praktikum :  Teknik Pemindahan Biakan Mikroba Secara Aspetik
Nama/NIM           :  Risma Vivi Amalia/08111004037       Kelompok      :  VII
Asisten                   :  Novita Apriyanti                                 Tanggal          :  17 Okt 2012

I.     TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan praktikum ini adalah untuk menguasai teknik pemindahan bakteri dari satu wadah ke wadah lain secara aseptik.

II.  LANDASAN TEORI
Mikroba di alam sekitar biasanya bermacam-macam ratus spesies. Sebagai mikroba biasanya bermacam-macam bagian tubuh kita termasuk mulut, saluran pencernaan, dan kulit. Mikroba itu terdapat pada berbagai habitat. Ini memerlukan teknik untuk memisahkan populasi campuran yang rumit ini atau bukan campuran menjadi spesies-spesies yang berbeda-beda  sebagai biakan murni. Biakan murni terdiri dari suatu populasi sel yang semuanya berasal dari satu sel induk. Di alam bebas tidak ada mikroba yang hidup tersendiri terlepas dari yang lain (Pelczar 1996: 86).
Kehidupan mikroba dapat dipelajari dengan cara melakukan kulturisasi (pembiakan) dan isolasi (pemisahan) mikroba yang umumnya membutuhkan teknik teknik tertentu. Pekerjaan mengisolasi media steril dengan biakan mikroba murni tanpa terkontaminasi dari lingkungan luar disebut dengan teknik aseptik.Prinsip dari isolasi mikroba ialah memisahkan satu jenis mkiroba dengan mikroba lain yang berasal dari campuran bermacam–macam mikroba. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menumbuhkannya pada media padat. Isolasi jika digunakan media cair maka sel – sel mikroba sulit dipisahkan secara individu karena terlalu kecil dan tidak tetap tinggal di tempatnya (Suriawiria 1980: 75).
Beberapa metode untuk memperoleh biakan murni dari suatu bahan biakan campuran. Dua diantaranya yang paling sering digunakan adalah teknik cawan gores dan cawan tuang. Kedua metode ini didasarkan pada prinsip yang sama yaitu mengencerkan mikroorganisme sedemikian hingga spesies dapat dipisahkan dari lainnya dengan anggapan spesies, tiap koloni terpisah yang tampak pada cawan petri (Dwidjoseputro 2008: 40).
Beberapa teknik biakan murni untuk suatu spesies dikenal dengan beberapa cara antara alin cara pengenceran. Cara ini pertama kali dilakukan oleh lister-lister yang berhasil memelihara streptococcus lastic yang diisolasi dari susu yang sudah masam. Caranya adalah dengan cara mengencerkan suatu suspensi yang berupa campuran bermacam-macam spesies kemudian diencerkan dalam sebuah tabung tersendiri. Dari pengenceran ini kemudian diambil 1 ml untuk diencerkan lagi. Cara penuangan dengan penggesekan atau dengan cara penggoresan (Waluyo 2005: 66).
Inokulasi merupakan suatu teknik pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Dengan demikian akan diperoleh biakan mikroorganisme yang dapat digunakan untuk pembelajaran mikrobiologi. Pada praktikum ini akan dilakukan teknik inokulasi biakan mikroorganisme pada medium steril untuk mempelajari mikrobiologi dengan satu kultur murni saja (Suriawiria 1980: 75).
Teknik isolasi yang dilakukan pada percobaan ialah isolasi dengan cara penggoresan. Seringkali mikroba yang patogen kedapatan secara bersama-sama dengan sabroba . Dalam teknik biakan murni, tidak saja diperlukan bagaimana memeperoleh suatu biakan murni, tetapi juga bagaimana memelihara dan mencegah pencegahan dari luar. Medium untuk dari luar terutama berasal dari udara yang banyak mengandung mikroorganisme. Pekerjaan memindahkan mikroba harus dilaksanakan secara teliti (Waluyo 2005: 64).
Metode pemindahan biakan mikroba secara aseptik untuk memperolrh biakan murni dari suatu bahan campuran. Metode yang sering digunakan adalah teknik cawan gores ddan cawan tabung. Prinsip dari metode ini yaitu dengan mengencerkan mikroorganisme sedemikian rupa sehingga individu spesies dapat dipinsahkan dari lainnya. Keuntungan dari metode cawan gores yaoitu menghemat bahan dan waktu. Teknik menggores yang baik pada batas area tertentu pada medium permukaan yang digores sel bakteri akan terpisah sari sel yang lainnya akan memisah (Dwidjoseputro 2008: 47).
Mendapatkan suatu spesies mikroba dalam susu piaraan perlu diadakan suatu piaraan murni. Piaraan murni dapat digunakan dari piaraan campuran, misalnya dengan mengambil sampel dari udara, air, dan kotoran, lalu disebarkan pada medium yang steril maka                   akan tumbuh banyak koloni. Satu koloni tersebut menjadi koloni yang murni                             asalkan pemindahan dilakukan dengan tepat sesuai dengan teknik aseptis                                (Pelczar 1996: 86).
Teknik biakan murni tidak saja diperlukan bagaimana memperoleh suatubiakan yang murni, tetapi juga bagaimana memelihara serta mencegah pencemaran dariluar. Media untuk membiakkan bakteri haruslah steril sebelum digunakan. Pencemaranterutama berasal dari udara yang mengandung banyak mikroorganisme. Pemindahanbiakan mikroba yang dibiakkan harus sangat hati-hati dan mematuhi prosedur laboratoriumagar tidak terjadi kontaminasi. Oleh karena itu, diperlukan teknik-teknik dalam pembiakanmikroorganisme yang disebut dengan teknik inokulasi biakan (Dwidjoseputro 2008: 47).
Di alam, populasi mikroba merupakan campuran dari berbagai mikroorganisme atau disebut juga biakan campuran dari berbagai mikroorganisme atau disebut juga biakan campuran. Tehnik biakan murni digunakan untuk m,emishakan berbagai macam bakteri tersebut. Setelah inkubasi, sel-sel mikroba individu itu memperbanyak diri sedemikian cepatnay sehingga didalam waktu 18 samapai dengan 24 jam terbentukalah masa sel yang dapat dilihat dan dinamaka koloni. Metode yang lebih langsung untuk mengisolasi mikroorganisme tunggal ialah dengan menggunakan alat manipulator mikro yang disebut kuarmikro (mikroskopik probe) untuk memindahkan satu sel dan suspensi dari suspensi zat cair sel (Pelczar 1996: 86).
Populasi mikroba dialam sekitar kita besar dan kompleks, beratus – ratus spesies sebagai mikroba biasanya menghuni bermacam – macam bagian tubuh kita. Termasuk mulut, saluran pencernaan, dan kulit. Mikroba itu terdapat dalam jumlah yang biasanya sangat banyak. Penelitiannya yang layak mengenai mikroorganisme dalam berbagai habitat ini memerlukan tehnik untk memisahkan populasi campuran yang rumit ini, atau             biakan campuran menjadi spesies–spesies yang berbeda (Dwidjoseputro 2008: 47).
III.   CARA KERJA
Disiapkan dua buah tabung reaksi yang disumbat dengan kapas, satu tabung berisi biakan bakteri, dan tabung yang lain merupakan tabung berisi media NA steril. Ambil jarum ose dengan tangan kanan, dan panaskan hingga membara di atas api bunsen. Pekerjan selalu dilakukan dekat dengan api bunsen. Angkat sumbat tabung pertama dengan jari kelingking, masukkan jarum ose ke dalam tabung yang berisi biakan bakteri, ambil sedikit lalu masukkan ke tabung dua dengan teknik gores. Panaskan kembali mulut kedua tabung dengan api dan tutup kembali dengan sumbat. Bungkus dan diinkubasi selama 3 hari.





















IV. HASIL PENGAMATAN

1 Streak Plate (Cawan Gores)














            Keterangan:

1.      Koloni
2.      Streak
3.      Media

            Tabel 1. Karakter koloni bakteri hasil isolasi
           
Ciri Koloni
Mikroorganisme
E. coli
Diameter
0,35
Warna
Putih susu +bening
Elevasi
Convex papillate
Tepian
Undulate
Bentuk
Irregular
Konsistensi
-
Bau
-


IV.  PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, perlakukan dilakukan yaitu isolasi mikroba yang didapatkan pada screening  bakteri (praktikum sebelumnya). Mikroba yang didapatkan dapat diisolasi menggunakan media padat (nutrien agar) karena dalam media  padat mikroba  tersebut  dapat membentuk koloni yang sama pada tempatnya. Menurut Dwidjoseputro (2008: 48), bahwa jika mikroba tersebut ditangkap oleh media padat pada beberapa daerah yang terpisah maka mikroba yang hidup akan berkembang menjadi satu koloni yang terpisah dan memudahkan untuk digunakan pada  pemisahan selanjutnya. 
Dalam praktikum dilakukan isolasi mikroba dengan cara digores zigzag, maka seharusnya setelah proses inkubasi mikroba hanya tumbuh pada daerah zig-zag tersebut. Hasil yang didapatkan yaitu bateri E.coli dengan diameter 0,35 cm dan berwarna putih susu + bening dengan elevasi convex papillate, tepian undulate dan berbentuk irregular. Menurut Waluyo (2005: 67), bahwa teknik pengerjaan yang dilakukan umumnya sama dengan teknik pengerjaam yang dilakukan dalam analisa mikroba, yaitu jarum ose yang digunakan pada kedua perlakuan harus dipijarkan di atas api segera sebelum dan sesudah melakukan pemindahan.
 Pemanasan dapat menghancurkan setiap bentuk kehidupan yang ada pada permukaan jarum. Bagian jarum yang dipanaskan  sebaiknya dilakukan  hingga ose  memijar dan  slama  proses  pemindahan  sebaiknya tabung reaksi dipegang dengan tangan kiri dan jauh dari hembusan nafas. Menurut Dwidjoseputro (2008: 48), bahwa tabung dipegang sedater mungkn dan tabung tidak boleh terbuka terlalu lama karena akan menyebabkan udara dari luar dapat masuk kedalam dan akan timbul mikroba lain yang tidak diinginkan setelah diinkubasi, tabung reaksi atau cawan setiap kali dibuka dan ditutup juga harus dipanaskan pada daerah bibirnya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam isolasi bakteri, diantaranya menurut Pelczar (1996: 98), bahwa jika membuka tutup tabung reaksi baik untuk menuangkan agar atau menanam mikroba maka mulut tabung harus dilewatkan di atas api untuk membunuh mikroba yang terdapat pada permukaannya. Jika ingin membuka cawan maka angkat penutup cawan hanya pada satu sisi saja dan cukup seluas ruangan untuk menggores dengan ose atau untuk meletakkan mulut tabung saja. Ketika ingin menuangkan agar maka agar tabung tidak menggesek cawan atau tutupnya maka setelah menuangkan agar, tutup cawan dengan segera  dan miringkan cawan perlahan–lahan dari satu  sisi ke sisi lain supaya agarnya menyebar dengan merata.
Teknik Inokulasi pada media miring setiap perlakuan diusahakan dilakukan secara aseptis (di dekat api bunsen). Menurut pendapat Dwidjoseputro (2008: 48), bahwa hal ini berfungsi agar saat inokulasi, bahan serta alat gelas yang digunakan tetap steril. Arah zig-zag digunakan supaya memungkinkan koloni yang terbentuk tersebar merata dan tampak jelas serta tidak bertumpuk dari koloni yang akan terbentuk.
Inokulum digoreskan di permukaan media agar miring di dalam tabung reksi yang telah disediakan menggunakan metode gores mulai dari sisi samping arah zig-zag. Dipanas di sekeliling mulut tabung dan segera ditutup dengan sumbat kapas berfungsi untuk mensterilisasi tabung reaksi dan biakan dari mikroorganisme lain. Media agar untuk bakteri digunakan media NA (Nutrien Agar) Menurut Suriawiria (1980: 76), bahwa fungsi penggunaan medium NA karena komposisinya yang terdiri dari ekstrak daging sapi didalamnya yangmengandung protein, karbohidrat, vitamin, dan sedikit lemak, juga terdapat adanya faktor pertumbuhan yang tidak mampu disintesis mikroorganisme. Ditutup cawan petri, dipanas di sekeliling cawan petri dan diisolasi dengan selotip bening. Perlakuan ini berfungsi untuk mensterilisasi cawan petri dari mikroorganisme lain.
Keuntungan cawan gores adalah menghemat bahan dan waktu. Menurut (Dwidjoseutro 2008: 36), bahwa tehnik menggores yang baik pada suatu area tertentu pada poermukaan medium yang digores, sel bakteri akan terpisah satu dari yang lainya. Kesalahan dilakukan mahasiswa saat memulai mempelajari  mikrobiologi yaitu tidak memanfaatkan permukaan medium untuk digores sehingga pengenceran mikroorganisme kurang lanjut dancendrung untuk menggunkanan inokulen terlalu banyal sehingga dapat pemisahan sel-sel yang digores.
            Tehnik pemindahan bahan dan isolasi biakkan murni harus dilakukan secara aseptik yaitu steril dan terbebas dari kontaminasi atapun baik dari tubuh maupuan udara yang tentunya agar media yang dibiakkan benar-benar murni terbebas dari bentuk-bentuk kehidupan lain. Menurut Soetato (1995: 33), bahwa biakkan murni yaitu media yang terdiri dari satu spesies mikroba saja.
V.       KESIMPULAN
            Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.      Perlakuan yang selalu di dekat api bunsen bertujuan agar bakteri patogen mati sehingga tidak terjadinya kontaminan.
2.      Teknik aseptic juga dapat melindungi tubuh dari infeksi dan pencemaran di laboratorium.
3.      Tabung tidak boleh dibuka terlalu lama karena akan menyebabkan udara dari luar masuk ke dalam dan akan timbul mikroba lain.
4.      Arah zig-zag memungkinkan koloni yang dibentuk tersebar merata dan tampak serta merta tidak bertumpuk dari koloni yang akan dibentuk.


















DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan. Surabaya. Vii + 206 hlm.

Pelczar. 1996. Dasar-dasar mikrobiologi. UI Press. Jakarta. Iv  +  443 hlm.

Soetarto. 1995. Penuntun praktikum mikrobiologi. UGM Press. Yogyakarta. Vi + 168 hlm.
Suriawiria U. 1980. Mikrobiologi Umum. Bandung : ITB. Iii + 233 hlm.

Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi umum. UMM Malang Press. Malang. Iii + 360 hlm.

LAPORAN  PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI I
“ISOLASI BAKTERI DARI SUATU CAMPURAN”



OLEH :

NAMA            : RISMA VIVI AMALIA
NIM                : 08111004037
KELOMPOK :  7 (TUJUH)
ASISTEN       : NOVITA APRIYANTI




LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
LEMBAR HASIL KERJA
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
Judul Praktikum : Isolasi bakteri dari suatu campuran
Nama/NIM           :  Risma Vivi Amalia/08111004037       Kelompok      :  VII
Asisten                   :  Novita Apriyanti                                 Tanggal          :  17 Okt 2012

I.     TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan praktikum ini adalah untuk mempelajari cara-cara mengisolasi bakteri dari suatu campuran dengan teknik cawan gores.

II.  LANDASAN TEORI
Bakteri dapat diperoleh dari mana saja. Misalnya dari rongga mulut dan dari tanah yang banyak sampah-sampahnya. Biasanya kita mengadakan pemiaraan pada sisa makanan yang sudah basi. Mengadakan pemiaraan pada cawan petri yang sudah berisi zat makanan atau medium, asalkan medium itu dibiarkan terbuka. Maka sehabis 24 jam akan kita dapati berpuluh-puluh koloni bakteri dan jamur yang menutupi permukaan tubuh tersebut (Dwidjoseputro 2008: 11).
Prinsip kerja isolasi bakteri cukup sederhana yakni dengan menginokulasikan sejumlah kecil bakteri pada suatu medium tertentu yang dapat menyusung kehidupan bakteria. Sejumlah kecil bakteri ini didapat dari bermacam-macam tempat tergantung dari     tujuan inokulasi. Dalam kajian mikrobiologi yang berhubungan dengan sumber bakteri adalah mikrobia tanah, air, makanan dan udara. Pemahaman mengenai bakteri yang diinokulasikan merupakan  hal  yang wajib. Inokulasi bakteri termasuk pula  di  dalamnya  adalah prinsip untuk membuat lingkungan medium menjadi semirip mungkin dengan medium aslinya (Suharni 1999: 56).
Biakan murni adalah biakan yang terdiri dari satu macam jenis mikroorganisme yang disebut biakan aseptik. Sedangkan biakan yang memiliki lebih dari satu jenis mikroba disebut dengan cmpuran mikroba yang hidup di alam terbuka jarang ditemui dalam bentuk biakan murni. Pada umumnya mikroba tumbuh dalam populasi campuran. Untuk dapat mengidentifikasi mikroba termasuk penyajian fisiologi yang diperlukan isolasi bentuk (Soetarto 1995: 33).
Jika kita  ingin mendapatkan kultur murni suatu  mikrobia yang  digunakan adalah metode streak plate, karena hasil akhir metode ini adalah berupa kumpulan sel-sel yang semakin jarang pada ujung streak sehingga dapat diambil bakteri pada jumlah seluler (satu sel). Selain itu bakteri yang didapat seharusnya merupakan bakter yang memang ingin dibiakkan di kultur tersebut dengan kata lain bukan bakteri kontaminan, sebab yang diambil/dicuplik adalah koloni bakteri yang berada di atas streak yang dibuat dan bukan di luar streak. Kelebihan metode ini adalah dapat segera diketahui adanya kontaminasi. Sedangkan kekurangannya metode ini sulit dilakukan dan hanya dapat digunakan untuk menumbuhkan bakteri aerob saja (Waluyo 2005: 65).
Metode pour plate dilakukan dengan menginokulasikan sejumlah bakteri ke dasar cawan baru kemudian medium agar cair dimasukkan dan dibiarkan memadat. Metode ini cocok  digunakan apabila kita ingin menguji suatu koloni apakah bakteri  merupakan   bakteri yang aerobik, anaerob fakultatif, ataukah anaerob obligat. Pengujian ini dapat terjadi karena hasil akhir metode pour plate adalah berupa pertumbuhan bakteri pada dasar medium, tengah medium, dan pada permukaan medium. Bakteri yang terdapat pada dasar medium mungkin adalah bakteri anaerob obligat, sedangkan bakteri yang tumbuh pada bagian tengah medium adalah bakteri anaerob fakultatif, dan bakteri yang tumbuh pada permukaan adalah bakteri aerob walaupun perlu pengkajian lebih lanjut mengenai hal ini (Suharni 1999: 57).
Teknis aseptik merupakan suatu cara atau teknik yang bisa digunakan untuk mensterilkan alat dan bahan dari zat-zat kontaminan. Steril merupakan suatu keadaan yang bebas dari segala macam bentuk kehidupan mikroba. Pada abad ke 18 orang mensterilkan hanya cukup dengan mendidihkan medium tersebut elama beberapa jam. Cara ini bisa mematikan semua benih kehidupan. Car aini digunakan untuk memberikan bukti bahwa teori abiogenesis adalah tidak mungkin (Ammi 2005: 12).
Pemindahan dengan kawat inokulasi sebaiknya dari platina atau dari mikrom. Ujung kawat boleh lurus, boleh juga berupa kolongan yang berdiameter 1-3 mm.. Lebih dahulu ujung kawat dipijarkan, sedangkan sisanya sampai tangkai cukup dilewatkan dengan nyala api saja. Setelah ini, ujung kawat disentuhkan suatu koloni. Mulut tabung tempat pemiaraan itu dipanasi juga setelah sumbatnya diambil. Setelah pengambilan inokulum (sampel bakteri) selesai, mulut tabung dipanasi lagi kemudian disumbat seperti semut. Ujung kawat yang membawa inokulum tersebut digesekkan pada medium baru atau pada suatu kaca benda. Tujuannya akan membuat suatu sediaan (Waluyo 2005: 64).
Cara untuk mendapatkan suatu spesies mikroba dalam suatu piaraan campuran caranya yaitu dengan mengambil sampel dari udara, air, dari kotoran, kemudian ditebarkan dalam medium steril maka akan tumbuh beraneka koloni yang masing-masing mempunyai ciri yang khas. Jika diambil bahan dari satu koloni tersebut, kemudian bahan itu ditanam di medium yang baru steril, maka bahan itu akan tumbuh menjadi koloni yang murni asalkan pemindahan di lapukkan dengan cermat menurut teknik aseptik (Dwidjoseputro 2008: 30).
Isolasi suatu mikroba ialah memindahkan mikrobia tersebut dari lingkungannya di alam dan menumbuhkannya sebagai biakan murni dalam medium buatan. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan isolasi mikrobia adalah sifat jenis mikrobia yang akan diisolasi tempat hidup atau mikrobia tersebut, medium untuk pertumbuhan yang sesuai, cara inkubasi mikrobia, cara menanam mikrobia, cara menguji bahwa mikrobia yang diisolasikan telah berupa biakan murni dan sesuai dengan yang dimaksud. Banyak cara yang dilakukan untuk isolasi mikrobia. Cara-cara isolasi yaitu dapat dengan cara goresan (streak plate method) dan cara taburan (Waluyo 2005: 64).
Identifikasi mikrobia adalah salah satu tugas yang lazim dilakukan di laboratorium. Di laboratorium diagnosti penyakit. Isolasi dan pencirian mikrobia yang berasal dari penderita penyakit harus dilaksanakan dengan cepat dan tepat sehingga pengobatan dapat diberikan sedini mungkin. Pencirian mikroorganisme yang diisolasi dari makanan atau minuman yang terlibat dalam pencemaran makanan harus dilakukan secepat mungkin agar wabah keracunan akibat makanan atau minuman yang tercemar dapat dihentikan. Metode yang lebih langsung untuk mengisolasi mikroorganisme tunggal ialah dengan menggunakan alat manipulatormikro yang disebut kuarmikro (microscopic plate) untuk memisahkan sel dari suspensi zat alir sel. Tentu saja manipulatormikro ini digunakan bersama-sama dengan mikroskop  (Pelczar 1996: 13).
III.   CARA KERJA
1.      Isolasi dengan metode spread plate (agar tabur ulas)
Disiapkan medium NA, diambil 0,1 ml biakkan bakteri E.coli dan S.Aureus    menggunakan pipet serologis secara aseptik. Diteteskan pada medium NA lempeng dan diratakan dengan batang L. Inkubasi pada suhu 37ºC selama 1 x 24 jam, diamati sifat koloninya.

2.      Isolasi dengan metode pour plate (agar tuang)
Disiapkan cawan steril dan media padat masih cair (45 ºC), diteteskan 1 ml secara aseptis suspensi sel ke dalam cawan kemudian putar cairan untuk menghomogenkan. Diinkubasikan pada suhu 37ºC (selama 24 jam). Diamati sifat koloni.

3.      Isolasi dengan metode goresan (streak plate)
Disiapkan media NA padat dan biakan campuran E.Coli dan S.Aureus. Dengan menggunakan lup inokulasi secara aseptik bakteri E.Coli dan S.Aureus pada sektor I dan goreskan lup bolak-balik di suatu permukaan agar. Dilanjutkan goresan ke sektor II sebelah kiri. Inkubasi biakan tadi pada suhu 37 ºC selama 24 jam.

















IV.   HASIL PENGAMATAN
1.      Spread Plate (agar tabur ulas)
Keterangan

1.      Koloni
2.      Media






2.      Pour Plate (agar tuang)

Keterangan

1.      Koloni
2.      Media






3.      Streak plate (cawan gores)


Keterangan

1.      Koloni
2.      Media







Tabung

 

1.                            2.                    3.     `                4.                    5.                     6.







7.                             8.                                     Keterangan Gambar:
1.      Tabung reaksi
2.      Bakteri
3.      Medium agar





Ciri koloni
Mikroorganisme
E.coli
Diameter
Warna
Elevasi
Tepian
bentuk
(0,2 + 0,5) : 2 = 0,35 cm
Putih susu + bening
Convex Papillate
Undukate
Irregular
Tabel 1. Karakter koloni bakteri hasil isolasi














V.      PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, digunakan bahan biakan bakteri            E.Coli, berupa suspensi campuran. Menurut Ammi (2005: 17), bahwa bakteri yang didapat berupa koloni. Pada metode cawan gores (Streak plate) bentuk koloni yang terlihat dari atas berupa serabut atu berupa akar. Dan jika dilihat dari samping nampak bercabang-cabang. Pada cawan petri yang berisi biakan bakteri E.Coli berwarna putih apabila dilihat dari atas koloni tersebut nampak tidak beraturan.
Teknik cawan gores memiliki banyak keuntungan, diantaranya menurut Dwidjoseputro (2008: 220), bahwa keuntungan menggunakan teknik cawan gores yakni menghemat waktu dan bahan, namun untuk memeperoleh hasil yang baik diperluakn keterampilan dengan baik. Dua kesalahan yang umum dilakukan yaitu tidak memanfaatkan medium dengan sebaik-baiknya untuk digores, sehingga pengenceran mikroorganisme cenderung menggunakan inokulum terlalu banyak.
Teknik mengisolasi mikroorganisme menggunakan beberapa macam teknik, seperti agar tabur ulas, agar tuang, dan cawan gores. Menurut Soetarto (1995: 34), bahwa teknik isolasi mikroorganisme adalah suatu usaha untuk menumbuhkan mikroba di luar dari lingkungan alamiahnya pada media yang sesuai dengan pertumbuhannya. Pemisahan mikroorganisme dari lingkungannya ini bertujuan untuk memperoleh biakan bakteri yang sudah tidak bercampur lagi dengan bakteri lainnya (biakan murni). Biakan murni merupakan biakan yang hanya terdiri dari satu jenis spesies bakteri tanpa adanya kontaminasi dengan bakteri lainnya.
Semua jenis teknik isolasi dilakukan dengan menggunakan teknik secara aseptis di dalam incase untuk menghindari kontaminasi dengan mikroba lain. Teknik Streak plate atau cawan gores pada praktikum isolasi bakteri ini menghasilkan koloni bakteri yang berwarna putih dan tidak terjadi kontaminan. Setelah diinkubasi selama 24 jam tampak pada sektor O terdapat koloni yang bertumpuk atau bergerombol tebal pada media agar yang digores. Menurut Pelczar (1996: 86), bahwa prinsip teknik penggoresan yaitu pengenceran dimana goresan pertama paling pekat kemudian menjadi semakin encer sampai pada goresan ke empat yang terletak ditengah-tengah media. Bila metode ini dilakukan dengan baik akan menghasilkan terisolasinya mikroorganisme, dimana setiap koloni berasal dari satu sel.
Semua pertumbuhan bakteri pada umumnya akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Pengaruh faktor ini akan memberikan gambaran yang memperlihatkan peningkatan jumlah sel yang berbeda dan pada akhirnya memberikan gambaran pula terhadap kurva pertumbuhannya. Menurut Ammi (2005: 19), bahwa kebutuhan-kebutuhan tersebut dipenuhi dari media pertumbuhan yang kita gunakan dan pengkondisian pada saat inkubasi. Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran atau subtansi atau masa zat suatu organisme, misalnya kita makhluk makro ini dikatakan tumbuh ketika bertambah tinggi, bertambah besar atau bertambah berat.
Sel-sel yang berasal dari mikroba individu akan memperbanyak diri setelah mengalami inkubasi dalam waktu 18 jam sampai 24 jam, akan terbentuk suatu masssa sel yang dinamakan koloni. Menurut pendapat Pelczar (1996: 86), bahwa koloni akan dapat langsung nampak dan dapat diamati dengan mikroskopik atau melihat tanpa menggunakan mikroskop tetapi dengan mata telanjang. setiap satu koloni dapat mewakili suatu jenis atau bermacam mikroorganisme yang berbeda-beda. Suatu koloni merupakan biakan murni dari suatu macam mikroorganisme.
Pada organisme bersel satu pertumbuhan lebih diartikan sebagai pertumbuhan koloni, yaitu pertambahan jumlah koloni, ukuran koloni yang semakin besar atau subtansi atau masssa. Menurut Ammi (2005: 19), bahwa pertumbuhan merupakan suatu proses kehidupan yang irreversible artinya tidak dapat dibalik kejadiannya. Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan kuantitas konstituen seluler dan struktur organisme yang dapat dinyatakan dengan ukuran, diikuti pertambahan jumlah, pertambahan ukuran sel, pertambahan berat atau massa dan parameter lain.
Sebagai hasil pertambahan ukuran dan pembelahan sel atau pertambahan jumlah sel maka terjadi pertumbuhan populasi mikroba. Menurut Pelczar (1996: 86), bahwa bakteri mampu hidup karena dapat menyerap cairan tercerna ekstrakselular dari bahan organik yang ada disekitarnya, pencernaan bahan organik tersebut dilakukan melalui dinding sel masuk ke memberan sitoplasma yang bersifat permeabel selektif.

VI.    KESIMPULAN
            Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.      Elevaai pada bakteri E.Coli umumnya elevasi convex
2.      Dengan menggunakan metode yang didapat, bakteri bukan hanya di permukaan namun ditengah dan dibawahnya.
3.      Pada cawan gores didapat bakteri berwarna putih susu
4.      Pada metode cawan tuang, penyebaran bakteri akan lebih efektif apabila cawan ikut diputar.




















DAFTAR PUSTAKA
Ammi, S. 2005. Pembuatan media agar dan sterilisasi. Jurnal Mikrobiologi. 34 hlm.
Dwidjoseputro. 2008. Dasar-dasar mikrobiologi. Djambatan. Bandung. Vii + 206 hlm.
Pelczar. 1996. Dasar-dasar mikrobiologi. UI Press. Jakarta. Iii+ 443 hlm.
Soetarto. 1995. Penuntun praktikum mikrobiologi. UGM Press. Yogyakarta. Vii + 168 hlm.
Waluyo, L. 2005. Dasar-dasar mikrobiologi. UMM Malang press. Malang. Xii + 249 hlm.

LAPORAN  PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI I
“MIKROBA YANG TERDAPAT DI UDARA, DI DALAM TANAH,
DAN PERMUKAAN BADAN MANUSIA”



OLEH :

NAMA            : RISMA VIVI AMALIA
NIM                : 08111004037
KELOMPOK :  7 (TUJUH)
ASISTEN       : NOVITA APRIYANTI




LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
LEMBAR HASIL KERJA
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
Judul Praktikum :  Mikrobia dari udara, tanah dan permukaan tubuh manusia
Nama/NIM           :  Risma Vivi Amalia/08111004037       Kelompok      :  VII
Asisten                   :  Novita Apriyanti                                 Tanggal          :  24 Okt 2012

I.     TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui koloni-koloni mikrobia yang terdapat di udara, tanah, dan permukaan badan manusia.

II.  LANDASAN TEORI
Bakteri adalah organisme mikro yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Keberadaan bakteri umumnya bersifat merugikan organisme lainnya atau lebih dikenal dengan istilah bakteri patogen, seperti: Escherichia coli, Vibrio sp, Shalmonella sp dan sebagainya. Bakteri ini banyak ditemukan hampir diseluruh media/tempat seperti: tanah, udara, air, di tubuh makhluk hidup dan sebagainya. Pada sektor akuakultur, keberadaan bakteri patogen sangat ditakuti oleh banyak peternak ikan, udang dan kerang-kerangan. Karena organisme mikro ini dapat mengancam bahkan menyebabkan kematian masal pada ikan dan udang (Hadioetomo 1993: 88).
Flora mikroba yang ada di udara bersifat sementara dan beragam. Udara bukan merupakan medium tempat mikroba tumbuh, tetapi merupakan pembawa bahan partikulat, debu, dan tetesan air yang semuanya sangat mungkin dimuati mikroba. Jumlah dan tipe mikroba yang mencemari udara di tentukan oleh sumber pencemaran di dalam lingkungan, misalnya dari saluran pernafasan manusia di semprotkan melalui batuk dan bersin            (Waluyo 2005: 314).
Keberadaan mikroba dalam tanah dipengaruji oleh sifat kimia dan fisika tanah. Komponen penyusun tanah yang terdiri atas pasir, debu, dan bahan organik maupun bahan penyemen lain kan membentuk struktur tanah. Struktur tanah akan menentukan keberadaan oksigen dan lengas dalam tanah. Dalam hal ini akan terbentuk lingkungan mikro dalam suatu tanah. Mikroba akan membentuk mikrokoloni dalam struktur tanah tersebut, dengan tempat pertumbuhan tanah yang sesuai dengan sifat mikroba dan lingkungan yang diperlukan. Dalam suatu struktur tanah dapat dijumpai berbagai mikrokoloni yang  mempunyai kemampuan untuk merubah suatu senyawa dalam rangka untuk mendapatkan energi dan nutrien. Demikian dengan adanya mikroba tersebut, menyebabkan terjadinya daur unsur seperti karbon, nitrogen, fosfor, dan unsur lain di alam (Jawetz 2001: 187).
Kulit dan selaput mukosa selalu mengandung berbagai mikroorganisme yang digolongkan ke dalam dua golongan yaitu flora yang menetap terdiri atas  mikroorganisme yang jenisnya relatif tetap dan biasa ditemukan di tempat-tempat tertentu. Pada umur tertentu bila terganggu, mikroorganisme itu tumbuh kembali dengan segera. Flora sementara yang terdiri atas mikroorganisme non patogen atau patogen yang mendiami kulit ataupun selaput mukosa selama beberapa jam, hari, atau minggu (Waluyo 2005: 314).
Umumnya bakteri autotrof dan bakteri saprobia merupakan populasi yang sangat besar. Bakteri parasit kurang dapat bertahan di dalam tanah disebabkan karena kondisi substrat yang karena kompetisi dengan mikroorganisme yang lain. Satu golongan bakteri yang khas penghuni tanah yang memberi bau tanah ialah genus Streptomyces. Waksman menemukan suatu spesies dari Streptomyces menghasilkan obat-obatan streptomisin. Hal ini tentu akan menguntungkan (Dwidjoseputro 2008: 178).
Mikroba dapat ditemui dimana-mana, di tanah, di air, di udara, makanan, minuman, maupun tanaman. Ada dua jenis mikroba dilihat dari manfaatnya, yaitu mikroba menguntungkan dan mikroba merugikan. Mikroba menguntungkan adalah mikroba pangan dan industri yang memebantu manusia dalam pembuatan keju, yoghurt, tempe, oncom, kecap, ragi, dan obat-obatan. Mikroba yang menguntungkan juga dapat membantu menghancurkan bahan organik seperti sampah-sampah organik sehingga mengurangi jumlah sampah dan bisa pula menjadi pupuk bagi tanaman. Tetapi mikroba merugikan juga tak sedikit jumlahnya, yaitu mikroba yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia serta mikroba yang mengakibatkan kerusakan pada bahan makanan (Jawetz 2001: 188).
Organisme yang memasuki udara dapat terangkat sejauh beberapa meter atau bahkan bebrapa kilometer, sebagian akan segera mati dalam beberapa detik, sedang yang lain dapat bertahan hidup selama berminggu-minggu dan kadang-kadang sampai berbulan-bulan. Nasib akhir dari mikrobia asal udara diatur keadaan sekelilingnya misalnya keadaan atmosfer, kelembaban, cahaya, dan suhu. Ukuran yang membawa mikroba dan mikroba terhadap faktor lingkungan. Udara merupakan tempat asli mikroba. Tetapi di atas permukaan bumi mengandung bermacam-macam jenis mikroorganisme yang paling banyak berkeliaran di udara bebas adalah bakteri, jamur, dan mikrobia (Waluyo 2005: 314).
Flora normal pada kulit karena kulit terus menerus berhubungan dan berkontak dengan lingkungan di sekitarnya, kulit cenderung mengandung mikroorganisme sementara. Walaupun demikian pada kulit terdapat flora yang menetap tetap dan yang berbatas jelas yang di berbagai daerah anatomik dipengaruhi oleh sekresi. Kebiasaan berpakaian atau letaknya yang dekat dengan selaput mukosa, yaitu mulut, hidung, dan daerah perineum (Jawetz 2001: 188).
Bakteri (dari kata latin bacterium = bacteria) adalah sekelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran besar di bumi. Berapa kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan kelompok lainnya dapat memberikan manfaat dibidang pangan, pengobatan, dan industri. Struktur sel bakteri relatif sederhana yaitu tanpa nukelus/inti sel, kerangka sel, dan organel-organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Hal inilah yang menjadi dasar perbedaan sel prokariot dengan sel eukariot yang lebih kompleks (Pelczar 2005: 90).
            Bakteri dapat ditemukan hampir semua tempat, di tanah, air, udara, dalam simbiosis dengan organisme lain maupun sebagai agen parasit (patogen), bahkan dalam tubuh manusia. Pada umumnya, bakteri berukuran 0,5-5 mikrometer, tetapi ada bakteri tertentu yang dapat berdiameter hingga 700 mikrometer, yaitu Thiomargarita. Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi dengan bahan pembentuk sangat berbeda (peptidoglikan). Beberapa jenis bakteri bersifat motil (mampu bergerak) dan mobilitasnya ini disebabkan oleh flagel. Kebanyakan bakteri pembentuk endospora adalah penghuni tanah, tetapi endospora bakteri terdapat hampir dimana saja, termasuk atmosfir dengan menumpang partikel debu yang tidak terlihat (Jawetz 2001: 188).

III.   CARA KERJA
1.      Mikrobia dari udara
Disiapkan 3 macam cawan petri berisi media NA dan PDA, diberi label pada masing-masing cawan yaitu 1 menit, dan 10 menit. Buka tutup masing-masing tutup cawan selama waktu yang diberi label tadi, setelah itu tutup kembali cawan, dan inkubasi selama 48 jam pada suhu 37ºC, diamati sifat morfologi pada medium NA dan PDA.

2.      Mikroba dari tanah
Dimasukkan 1 sendok tanah tumbuk, masukkan ke dalam cawan berisi medium NA, Diinkubasi 48 jam 30 derajat C, Diencerkan sampai 5 kali pengenceran dengan ditambahkan 9 ml aquades dalam tabung reaksi kemudian di vortex agar homogen. Kemudian ambil suspensi dengan pipet serologis sebanyak 1 ml dan masukkan ke dalam 3 cawan petri lalu ditambahkan 15 ml media NA. Diinkubasi selama 48 jam dalam suhu 37º C dan amati.

3.      Mikroba pada permukaan badan manusia
Disiapkan medium NA dan PDA dan tuangkan ke dalam 3 cawan petri. Pada dua cawan petri NA letakkan sehelai rambut, tempelkan jari tangan dan tempelkan dagu di medium NA. Lalu diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37ºC dan amati sifat morfologi










IV.   HASIL PENGAMATAN
Tabel hasil pengamatan
1.      Mikrobia dari Udara

Tabel.
Pembeda
Mikroorganisme
PDA
NA
1 menit
5 menit
10 menit
1 menit
5 menit
10 menit
Bentuk
Sirkular
Sirkular
Sirkular
Sirkular
Sirkular
Sirkular
Warna
Putih susu
Kuning
Kuning
Kuning
Orange
Orange
Tepian
Entire
Entire
Entire
Utuh
Utuh
Undulate
Permukaan
Pulvinate
Raised
Raised
Flat
Pulvinate
Raised
Jumlah Koloni
3
17
19
18
60
63
Diameter
0,35
0,65
0,4
0,25
0,4
0,7










2.      Mikrobia dari tanah

Pembeda
Mikroorganisme
PDA
NA
T1
4
5
6
T1
4
5
6
Bentuk
Sircular
Rhizoid
Rhizoid
Rhizoid
Bulat
Bulat
Tak teratur
Berbenang
Warna
Putih susu
Putih susu
Putih susu
Putih susu
Putih susu
Putih susu
Orange
Putih susu
Tepian
5
Undulate
Undulate
Undulate
Berombak
Utuh
Berbenang
Berbenang
Permukaan
2
Flat
Flat
Flat
Datar
Rata
Timbul datar
Rata
Diameter
4
1,05
1,4
2,15
0,4
0,2
0,5
1

3.      Mikrobia pada permukaan badan manusia
Pembeda
Mikroorganisme
PDA
NA
Rambut
Jari
Dagu
Rambut
Jari
Dagu
Bentuk
Rhizoid
Rhizoid
Rhizoid
Sirkular
Rhizoid
Rhizoid
Warna
Putih susu
Kuning
Putih susu
Kuning
Kuning
Putih susu
Tepian
Cobale
Bergerigi
Undulate
Utuh
Bergerigi
Undulate
Permukaan
Umborale
Pulvinate
Convex
Flat
Pulvinate
Convex
Jumlah Koloni
-
-
-
3
6
19
Diameter
0,6
0,4
0,3
0,35
1,05
1,1

1.      Mikrobia dari udara













              1 menit                                                                                  10 menit                                 



5 menit
2.      Mikrobia dari tanah










                                                                                                                       
                                                                                                                        Keterangan

1.      Jamur
2.      Koloni
3.      Media






3.      Mikrobia pada permukaan badan manusia







                               
                            NA rambut                                        NA  jari tangan




















                                Keterangan

1.      Jamur
2.      Koloni
3.      Media








V.  PEMBAHASAN
                 Banyak mikroba yang terdapat dalam udara, tanah, dan permukaan tubuh manusia. Pada praktikum kali ini kita menggunakan media yang menggunakan nutrient agar NA. Tempat yang digunakan adalah cawan petri, dari hasil pengamatan terlihat bahwa banyak koloni yang terbentuk. Dalam media tersebut terlihat banyak koloni bakteri bulat, warnanya kuning, orange, adapun yang berwarna putih, serta jumlahnya beragam. Menururt (Anonim 2012: 1), bahwa koloni bakteri adalah sekumpulan dari spesies-spesies yang sejenis yang mengelompokkan menjadi satu dan membentuk suatu koloni-koloni.
                 Untuk mengetahui permukaan suatu bakteri-bakteri dapat dilakukan dengan perhitungan. Pada mikroba yang ada diudara terdapat waktu yang berbeda-beda yaitu pada waktu 1 menit, 5 menit, dan 10 menit. Pada NA dalam waktu 1 menit terdapat 18 koloni. Pada bagian ini bentuk dan sirkular, sedangkan warna, tepian, permukaan, diameternya berbeda. Menurut (Dwidjoseputro 1994: 49), bahwa sifat-sifat suatu koloni ialah sifat-sifat yang ada sangkut-pautnya dengan bentuk dan struktur permukaan.
                 Bakteri merupakan mikroorganisme ubikuotus, yang berarti melimpah dan banyak ditemukan di hampir semua tempat. Habitatnya sangat beragam mulai dari lingkungan perairan, tanah, udara, permukaan daun, dan bahkan dapat ditemukan di dalam organisme hidup. Diperkirakan total jumlah sel mikroorganisme yang mendiami muka bumi ini adalah 5x1030. Menururt (Pelczar 2005: 91), bahwa bakteri dapat ditemukan di dalam tubuh manusia, terutama di dalam saluran pencernaan yang jumlah selnya 10 kali lipat lebih banyak dari jumlah total sel tubuh manusia. Oleh karena itu, kolonisasi bakteri sangatlah mempengaruhi kondisi tubuh manusia.
                 Bakteri juga dapat ditemukan di permukaan kulit, mata, mulut, dan kaki manusia. Di dalam mulut dan kaki manusia terdapat kelompok bakteri yang dikenal dengan nama metilotrof, yaitu kelompok bakteri yang mampu menggunakan senyawa karbon tunggal untuk menyokong pertumbuhannya. Di dalam rongga mulut, bakteri ini menggunakan senyawa dimetil sulfida yang berperan dalam menyebabkan bau pada mulut manusia. Kebanyakan bakteri pembentuk endospora adalah penghuni tanah, tetapi endospora bakteri terdapat hampir dimana saja, termasuk atmosfir dengan menumpang partikel debu yang tidak terlihat. Menurut (Volk 1996: 62), bahwa kenyataan bahwa endospora sukar dibinasakan merupakan penyebab utama mengapa prosedur sterilisasi yang diterapkan di rumah sakit, tempat pengalengan makanan dan tempat lain yang memerlukan sterilisasi mutlak, memerlukan waktu yang lama dan rumit.
                 Dari perbedaan ini terlihat jelas dengan adanya mikroba pada media PDA, dan NA. PDA menumbuhkan jamut. Sedangkan NA untuk menumbuhkan bakteri. Selanjutnya pada mikroba yang ada pada bagian tubuh manusia, karena menggunakan jari tangan dan rambut. Dari hasil praktikum kita mendapatkan banyak terutama pada rambut. Menurut (Waluyo 2005: 315), bahwa kandungan udara didalam dan diluar ruangan pada tingkatan pencemaran. Pada praktikum kali ini juga mengenai mikroba yang berada diudara, tanah dan permukaan tubuh manusia. Pada praktikum ini terlihat adapun perbedaan jumlah pada setiap cawan petri dimana pada media NA dan PDA begitu terlihat perbedaan yang terlihat. Mikroba di udara bersifat sementara dan beragam.
                 Udara bukanlah suatu medium tempat mikroorganisme tumbuh, tetapi merupakan pembawa bahan partikel dan debu dan tetesan cairan, yang kesemuanya ini mungkin dimuati mikroba. Menurut (Pelczar 2005: 91), bahwa untuk mengetahui dan memperkirakan secara akurat berapa jauh pengotoran udara sangat sukar karena memang sulit untuk menghitung organisme dalam suatu volume udara.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakasanakan didapatkan hasil bahwa pertumbuhan koloni mikroba dari tanah (10-1) dan mikroba pada permukaan tubuh manusia yaitu jari tangan mengalami kontaminan. Koloni yang diharapkan tidak terbentuk, tetapi jamur yang akan tumbuh. Hal ini disebabkan kandungan di dalam dan di luar cawan akan berbeda. Menurut Waluyo (2005: 315), bahwa tingkat pencemaran di dalam oleh mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti  laju ventilisasi padatnya orang-orang, sufat, dan sarat yang menempati ruang mikroba terhembuskan dalam bentuk percikkan dari hidung dan mulut. Selama bersin, batuk, dan bercakap.          
Kulit atau permukaan tubuh manusia terdapat organisme atau bakteri. Menurut   Jawetz (2001: 189), bahwa jenis  bakteri tersebut sebagian besar jenis Cyanobacterium, Stafilococcus non hemolitik aerob dan anaerob. Bakteri parasit kurang dapat bertahan di dalam tanah yang disebabkan karena kondisi substrat dan karena kompetisi dengan mikoorganisme-mikroorganisme yang lain.
VI.   KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.      Bakteri dapat ditemukan didalam tubuh manusia, terutama didalam saluran pencernaan.
2.      Didalam mulut dan kaki manusia terdapat kelompok bakter yang dikenal dengan nama metilotrof.
3.      Kegiatan membuka dan menutup media mempengaruhi pertumbuhan mikroba.
4.      Kontaminasi biasanya terjadi karena adanya factor fisik dan kimia.






















DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro. 2008. Dasar-dasar mikrobiologi. Djambatan. Bandung. Vii + 206 hlm.
Jawetz, Melnick & Adelberg. 2001. Medical Microbiology.  Twenty second. Mc Graw Hill
Companies, Inc. Inggris. Xii + 372 hlm.

Pelczar Mj & Chan. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI-Press. Jakarta. Iii + 443 hlm.

Waluyo, L. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi. UMM Malang Press. Malang. Iii + 349 hlm.

LAPORAN  PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI I
“MENGENAL BENTUK-BENTUK KOLONI BAKTERI
DALAM BERMACAM-MACAM MEDIUM”



OLEH :

NAMA            : RISMA VIVI AMALIA
NIM                : 08111004037
KELOMPOK :  7 (TUJUH)
ASISTEN       : NOVITA APRIYANTI



LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
LEMBAR HASIL KERJA
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
Judul Praktikum : Mengenal bentuk-bentuk koloni bakteri dalam bermacam-macam
                                 medium
Nama/NIM           :  Risma Vivi Amalia/08111004037       Kelompok      :  VII
Asisten                   :  Novita Apriyanti                                 Tanggal          :  31 Okt 2012
I.     TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengenal bentuk-bentuk koloni bakteri dalam bermacam-macam medium.

II.  LANDASAN TEORI
Semua populasi bakteri tumbuh sangat cepat ketika mereka disertakan dengan gizi dan kondisi lingkungan yang memungkinkan mereka untuk berkembang. Melalui pertumbuhan ini, berbagai jenis bakteri kadang-kadang akan menghasilkan koloni yang khas dalam penampilan. Beberapa koloni mungkin akan berwarna, ada yang berbentuk lingkaran, sementara yang lain tidak teratur. Karakteristik koloni (bentuk, ukuran, warna, dll) yang diistilahkan sebagai "koloni morfologi". Pengamatan bakteri dapat kita lakukan secara individual atau satu persatu, maupun secara berkelompok dalam bentuk koloni. (Dwidjoseputro 2008: 34).
Apabila koloni bakteri ditumbuhkan di dalam medium yang tidak cair, maka terjadilah suatu kelompok yang dinamakan koloni. Bentuk koloni berbeda-beda untuk setiap spesies dan bentuk itu merupakan ciri khas bagi suatu spesies tersebut. Sifat-sifat koloni yang tumbuh pada medium agar bervariasi, dapat dilukiskan dengan titik yang berupa batang serupa pedang atau serupa akar. Hal ini disebabkan oleh kaya enzim, sehingga ada pula bakteri yang mampu mengencerkan medium agar untuk menelaah bakteri yang terdapat di laboratorium, kita harus menumbuhkan dalam biakan murni (Waluyo 2005: 208).
Beberapa sifat-sifat koloni yang perlu diperhatikan pada koloni yang tumbuh di permukaan medium adalah besar atau kecilnya bakteri (ada yang berupa satu titik). Bentuknya ada yang berbentuk bulat, memanjang, dan tepinya rata. Berdasartkan kenaikan permukaan ada koloni yang rata dengan permukaan medium, halus kasarnya permukaan, wajah permukaan, warna, dan kepekatan. Identifikasi dan determinasi suatu biakan murni bakteri yang diperoleh dari hasil isolasi dapat dilakukan dengan pengamatan           (Anonim 2012: 1).
Sifat-sifat morfologi koloni, morfologi bakteri, baik bentuk dan ukuran serta sifat hasil pengecatan gram, pengujian sifat-sifat biologis dan biokimianya. Identifikasi bakteri patogen selain dari sifat-sifat fisiologisnya koloni dan sel-selnya perlu dilakukan pengujian patogenesis dan morfologisnya. Mengingat pertumbuhan bakteri di dalam media, pH, temperatur, dan beberapa bahan kimia lainnya (Waluyo 2005: 208).           
Bentuk koloni dilukiskan dengan titik-titik bulat, berbenang tak teratur, serupa akar, serupa kumparan, permukaan koloni tampak datar, timbul melengkung, timbul dengan cembung, timbul membukit dan timbul berkawat. Tepi koloni ada yang utuh, ada yang berbelah-belah, ada yang bersegi, ada yang berbenang, ada yang keriting. Sifat-sifat koloni pada agar miring berkisar pada bentuk tepi koloni, dan sifat itu dilukiskan seperti serupa duri, serupa tasbih, serupa bintik-bintik, serupa batang, dan serupa akar. Ada bakteri yang dapat mengencerkan gelatin, karena itu maka bentuk-bentuk koloninya juga berbeda (Dwidjoseputro 2008: 33).
Masa inkubasi sel-sel mikroba itu akan mengalami proses perubahan yaitu dengan memperbanyak jumlahnya, maka demikian dapat mempercepat waktu yang digunakan kira-kira waktunya 24-28 jam, sehingga akan terbentuk massa sel yang dapat kita lihat tanpa harus menggunakan mikroskop, dimana massa sel yang akan dilihat merupakan koloni (Pelczar 1996: 86).
Bentuk-bentuk koloni bakteri digunakan untuk mempermudah identifikasi dan determinasisuatu biakan murni bakteri. Morfologi-morfologi koloni bakteri dapat dibedakan atas bentuk, ukuran, tekstur, warna koloni. Bentuk-bentuk koloni tergantung pada konsistensi medianya. Pada media cair sifat bakteripada oksigen sangat mudah dilihat dan penampakan koloninya dapat dibedakan menjadi: serabut,cincin, dan selaput. Demikan pula pada media agar tegak atau miring, mempunyai bentuk yang spesifik                 (Pelczar 1996: 86).
Meskipun koloni bakteri dapat berbeda dalam rincian penampilan mereka, sebuah koloni pada dasarnya terlihat seperti titik yang tumbuh pada media. Titik ini terdiri dari jutaan bakteri yang muncul melalui fisi biner dari satu bakteri awal, orangtua. Deskripsi morfologi koloni meliputi bentuk, margin atau tepi koloni, warna koloni, serta fitur permukaan. Beberapa koloni bulat dan halus, orang lain dapat memiliki tepi bergelombang dan penampilan keriput. Penampilan koloni hasil dari karakteristik individu bakteri dilihat secara kolektif. Misalnya, bakteri yang motil flagela yang memungkinkan mereka untuk bergerak, memiliki morfologi koloni yang memperluas keluar dari bakteri orangtua, kadang-kadang membuat yang besar, tersebar koloni dengan bergelombang, margin lobed (Anonim 2012: 3).
Pada tahun 1683, Anthony van Leuwenhook menggambarkan di antara benda mikroskopik yang diamatinya sebagai benang-benang dan coretan-coretan, yang kemudian oleh Muller dinamakan bacilli. Tidak semua bacilli berbentuk batang, karena itu pada tahun 1850-an, Casimir Davaine mulai menyebut benda-benda mikroskopik tersebut sebagai bakteri, dan kata bacillus hanya untuk yang berbentuk batang saja. Setelah abad ke 20, para ilmuwan menemukan bahwa bakteri mempunyau struktur dan pola pertumbuhan yang jauh dari bayangan mereka sebelumnya. Dengan perkembangan dari mikroskop elektron, mereka dapat mengungkapkan bakteri secara lebih jelas dan mendetail (Pelczar 1996: 86).
Pengamatan bakteri dapat kita lakukan secara individual atau satu persatu. Dapat pula secara kelompok dalam bentuk koloni. Jika kita tumbuhkan suatu biakan di dalam medium yang tidak cair, maka terjadilah suatu kelompok yang lazim disebut dengan koloni. Bentuk koloni berbeda-beda bagi setiap spesies dan bentuk itu merupakan ciri khas bagi suatu spesies tertentu (Dwijosopoetro 2008: 34).
Sel-sel individu bakteri dapat terbentuk seperti ellips, bola, batang (silindris) atau spiral (heliks). Masing-masing ciri ini penting dalam mencirikan morfologi suatu spesies. Spesies-spesies tertentu bakteri menunjukkan adanya pola  penataan sel, seperti berpasangan, bergerombol, rantai atau filamen. Bentuk koloni berbeda-beda bagi setiap spesies  (Pelczar 1996: 86).
III.   CARA KERJA
1.      Morfologi bakteri pada cawan
Diambil satu ose biakkan bakteri, kemudian diinokulasikan ke medium dengan cara menggoreskan jarum ose secara berulang-ulang, setelah itu medium tersebut diinkubasi 48 jam, 37 derajat C. Lalu diamati tepian, elevasi, dan struktur dalamnya.

2.      Morfologi koloni bakteri pada agar tegak
Diambil satu ose biakkan bakteri, diinokulasikan ke medium NA tegak, setelah itu diinkubasi 48 Jam, 37 Derajat C. Lalu diamati tepian, elevasi, dan struktur dalamnya.

3.      Morfologi koloni bakteri pada agar miring
Diambil satu ose biakkan bakteri, diinokulasikan ke medium NA miring, setelah itu diinkubasi 48 Jam, 37 Derajat C. Lalu diamati tepian, elevasi, dan struktur dalamnya.

4.      Morfologi koloni bakteri pada media cair
Diambil satu ose biakkan bakteri, diinokulasikan ke medium, setelah itu diinkubasi 48 Jam, 37 Derajat C. Lalu diamati tepian, elevasi, dan struktur dalamnya.

5.      Morfologi koloni bakteri secara tabur
Diambil satu ose biakkan bakteri, diinokulasikan ke medium NA, setelah itu dihomogenkan dengan Streak plate, lalu diinkubasi 48 Jam, 37 Derajat C, diamati morfologinya.








IV.   HASIL PENGAMATAN
1.      Morfologi Koloni bakteri pada cawan petri
Morfologi Koloni
Deskripsi Morfologi
S. aureus
E.coli
Bentuk
Sirkular
Sirkular
Tepi
Rhizoid
Wavy
Elevasi
Umbonate
Umbonane
Struktur dalam
Coarsely granular
Round with raised

2.      Morfologi Koloni bakteri pada agar tegak
 

Keterangan Gambar:
1.    Koloni bakteri
2.    Medium NA



                    S. aureus                        E.coli
3.      Morfologi Koloni bakteri pada agar miring








                    S. aureus                        E.coli
4.      Morfologi Koloni bakteri pada media cair




Keterangan Gambar:
1.   Koloni bakteri
2.   Medium NA

                    S. aureus                        E.coli

5.      Teknik Gores








                           S. aureus                                                    E.coli
6.      Teknik Tuang








                             S. aureus                                                      E.coli


V.    PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan hasil pada cawan petri terbentuk sirkular atau bulat. Bakteri berbentuk bulat sering menunjukkan variasi bentuk, variasi ini biasanya dipakai sebagai ciri khas dalam proses identifikasi jenis. Beberapa variasi bentuk tersebut antara lain diplococcus, Menurut Waluyo (2005: 210), bahwa diplokokus terdiri dari dua buah sel yang saling berdempetan, streptococcus (untaian sel yang lebih dari 4 sel dan membentu suatu untaian rantai), tetracoccus (4 sel membentuk seperti bujur sangkar), staphylococcus (kumpulan sel yang saling berdempetan menyeruapi buah anggur), dan sarkina.
Bentuk pertumbuhan koloni bakteri Eschericia coli pada media agar tegak adalah bertipe papillate. Sedangkan bentuk pertumbuhan koloninya pada medium padat miring yaitu tipe Filliform. Bakteri E.coli memiliki bentuk seperti sirkular, filiform, serta bersifat anaerob. Menurut Anonim (2012: 1), bahwa anaerob merupakan organisme bakteri yang tidak menggunakan oksigen. Bakteri jenis ini dapat bersifat parasit maupun tidak dalam tubuh manusia. Contoh bakteri anaerob fakultatif selain E.coli adalah Lactobasillus yang dapat berfungsi sebagai bakteri pertahanan tubuh.
Bentuk-bentuk koloni pada setiap medium berbeda-beda sesuai dengan spesiesnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Pelczar (1996: 87), bahwa sel bakteri amat beragam panjangnya, sel berupa spesies dapat berukuran 100x lebih panjang daripada sel spesies yang lain. Sel-sel individu bakteri dapat berbentuk seperti bola atau elips, batang (silindris), atau spiral (heliks). Masing-masing dari ini penting dalam mencirikan morfologi suatu spesies. Walaupun ada ratusan spesies bakteri yang berbeda, namun suatu bakteri dalam bentuk sel tunggal akan memiliki salah satu dari tiga bentuk yang umum dikenal.
Morfologi bakteri pada agar miring tidak terlihat dengan jelas bahkan sulit untuk diamati. Berbeda pada piaraan tusukan pada agar tegak, morfologi koloninya langsung dapat diamati dan diidentifikasi. Menurut Dwidjoseputro (2008: 51), bahwa piaraan tusukan diperoleh dengan menusukkan ujung kawat ose yang membawa bakteri, lurus ke dalam medium melalui tengah-tengah medium. Bakteri yang aerob akan tampak tumbuh dekat permukaan medium. Bakteri yang akan digunakan untuk membuat piaraan dalam medium cair, atau pada medium padat, maka sampel yang diambil dari koloni itu perlu diencerkan terlebih dahulu dalam air steril sehingga akan terjadi suatu suspensi.
Jika volum tiap sel bertambah lebih cepat dari daerah permukaannya, maka  ukuran dan bentuk dari semua sel hidup mempunyai hubungan penting dengan nutrisi dan reproduksi tiap sel. Bila sel bulat atau lonjong tumbuh, maka suatu saat akan sampai pada titik krisis dalam ratio volum sel (isi sel yang harus diberi makan) terhadap permukaan sel (membran sel) yang hanya menyediakan dan menyingkirkan sisa makanan. Menurut  Irianto (2007: 76), bahwa bila volum melampaui kesanggupan permukaan sel untuk menyediakan makanan dan mengeluarkan sisa untuk dibuang, hubungan yang semulanya menguntungkan antar permukaan sel dan isi sel harus diperbaharui.
Beberapa sifat-sifat koloni yang perlu diperhatikan pada koloni yang tumbuh di permukaan medium adalah besar atau kecilnya bakteri (ada yang berupa satu titik). Bentuknya ada yang berbentuk bulat, memanjang, dan tepinya rata. Menurut             Anonim (2012: 1), bahwa berdasartkan kenaikan permukaan ada koloni yang rata dengan permukaan medium, halus kasarnya permukaan, wajah permukaan, warna, dan kepekatan. Identifikasi dan determinasi suatu biakan murni bakteri yang diperoleh dari hasil isolasi dapat dilakukan dengan pengamatan. Sifat-sifat morfologi koloni, morfologi bakteri, baik bentuk dan ukuran serta sifat hasil pengecatan gram, pengujian sifat-sifat biologis dan biokimianya. Identifikasi bakteri patogen selain dari sifat-sifat fisiologisnya koloni dan sel-selnya perlu dilakukan pengujian patogenesis dan morfologisnya.
Mengingat pertumbuhan bakteri di dalam media, pH, temperatur, dan beberapa bahan kimia lainnya. Bentuk koloni dilukiskan dengan titik-titik bulat, berbenang tak teratur, serupa akar, serupa kumparan, permukaan koloni tampak datar, timbul melengkung, timbul dengan cembung, timbul membukit dan timbul berkawat. Tepi koloni ada yang utuh, ada yang berbelah-belah, ada yang bersegi, ada yang berbenang, ada yang keriting. Menurut Dwidjoseputro (2008: 33), bahwa sifat-sifat koloni pada agar miring berkisar pada bentuk tepi koloni, dan sifat itu dilukiskan seperti serupa duri, serupa tasbih, serupa bintik-bintik, serupa batang, dan serupa akar. Ada bakteri yang dapat mengencerkan gelatin, karena itu maka bentuk-bentuk koloninya juga berbeda.

VI.    KESIMPULAN
            Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.      Bentuk koloni basil yaitu monobasil, diplobasil, dan streptobasil.
2.      Bentuk koloni coccus yaitu monococcus, diplococcus, staphylococcus, sarkina, dan tetracoccus.
3.      Pada umumnya ukuran sel bakteri sangat kecil antara 0,5 – 5 µm.
4.       Bakteri an aerob fakultatif selain E.Coli adalah Lactobasillus.





















DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Morfologi bakteri dan fungi. Oetatsurya.wordpress.com /2008/12/31/morfologi-bakteri-dan-fungi/. Diakses 28 Oktober 2012.

Dwidjoseputro. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan. Surabaya. Vii + 206 hlm.

Habibal, A. 2008. Identifikasi bakteri melalui morfologi koloni bakteri. Jurnal mikrobiologi. Iii + 32 hlm.

Irianto, K. 2007. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Yrama Widya. Bandung. Vi + 335 hlm.

Pelczar. 1996. Dasar-dasar mikrobiologi. UI Press. Jakarta. 443 hlm.















































4 komentar: